Jumat, 08 Juli 2011
Pembaruan Musim Semi
“Tahun Baru adalah baik Datangnya Tahun Baru”
Kita dapat berpakain dan bertopi baru.
Kita dapat membunyikan mercon sesuka hati.
(Disappearing Customs of Chinna)
Sajak khas anak-anak ini masih menjiwai miliaran orang Tionghoa di Tongkok, Taiwan, Hongkong, Makau, Malaysia, Singapaura, THAILAND, INDONESIA, dan Filipina yang merayakan Pesta Musim Semi 2562.
Makna terdalam pesta tani ini berpangkal pada kedatangan musim semi yang membawa roh pengharapan. Rumah, pakaian, relasi, dan suasana hati manusia dibarukan. Spiritualitas pembaruan individu menjadi motor seluruh transformasi keluarga. Tanpa pembaruan individu, pemabruan social hanyalah impian.
Jejaring pembaruan musism semi ini bermula dari lingkungan keluarga inti sambil melibatkan sanak family dan handai tolan. Mengingat kekuatan moral individu jadi tumpuan moral social, system pendidikan transformative disosialisasikan dari lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Mentalitas pembaruan disemaikan sejak didni. Mereka cenderung mengusahakan pemabruan dalam hidup mereka. Pakaian dan topi baru dalam pesta Musim Semi Tahun Kelinci mencerminkan keadaan hidup social yang dibarukan terus-menerus.
Pembaruan social dalam kondisi Pesta Musim Semi ditopang oleh kuasa yang Transenden: Dewa Tanah, Dewa Dapur, dan Dewa Chai. Yang ilahi menggerakkan seluruh proses pembaruan ini. Di hadapan-Nya tiada lagi kebohongan sebab Dia menembus segala kenyataan. Semua yang tersembunyi akan disingkap pada waktunya.
Manusia telanjang di hadapan Sang Pencipta langit dan bumi. Hanya Dia yang sanggup melihat semua. Kebohongan sebagai sandiwara tak sanggup bertahan di hadapan-Nya. Pembaruan akan mencapai otentitas kalau manusia sanggup jujur dan terpercaya terhadapo diri sendiri, sesame, dan Sang Pencipta. Pesta Musim Semi mengingatakan mereka akan kehadiran dan peran Sang Pencipta.
Pembersihan sebagai awal
T
ransformasi social mengandaiakan keberanian moral membersihkan diri dari segala bentuk kebohongan dalam hidup social, politik, ekonomi, kebudayaan, dan religi. Kaum tani di Tiongkok waktu itu dengan jujur dan berani mengakui bahwa pergantian musim yang seketika akan menyengsarakan hidup mereka. Akibatnya, mereka memanfaatkan waktu seefisien mungkin sehingga peluang transformasi hidup tidak dilewatkan.
Musim semi dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Dalam musim gugur, mereka menuai hasil tani. Kesulitan menghadapi musim paceklik melahirkan gaya hidup hemat. Pemborosan dianggap sebagai sikap yang bertolak belakang dengan pandangan dunia seorang p[etani.
Prinsip utama transformasi sosial adalah pembersihan diri, keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat. Menjelang Pesta Musim Semi, anggota keluarga membersihkan segala kekotoran yang bukan hanya di bagaian luar rumah, melainkan yang tersembunyi di sudut rumah, lantai dan langit-langit. Kebiasaan sebelum pesta ini muncul sejak zaman prasejarah dasn popular sejak Dinasti Tang (619-907)
Pembersihan tempat tinggal mengandung makana pembaruan seluruh system dan kandungan dalam sebuah keluarga. Kemalsan, kotoran, dan ketidakberesan diselesaikan sebelum merayakan Pesta Musim Semi. Pembersihan dinding rumah terjadi atas perintah Dewa Dapur yang ingin menyelamatkan mereka yang terancam hukuman kaisar Permata Jade. Ini berarti proses pembersihan merupakan langkah awal meluputkan diri dari segala bentuk ancaman bagi keselamatan manusia.
Perayaan Pesta Musim Semi di Indonesia mengmebuskan angin segar bagi proses reformasi bangsa. Sekaranglah saat untuk segera meningglkan musim korupsi, pembohongan public, mafia hokum, keridakadilan social karena musim ini menunjukkan perubahan disposisi batin merintis langkah baru memperbaiaki hidup social, ekonomi, politik , kebudayaan, dan religi.
Musdim semi kehidupan bangsa kita ditandai dengan gerakan perbaiakan hati nurani dan budi manusia yang masih dicengkam aneka bentuk kecenderungan destruktif ( akuisme, sektarianisme, nepotisme, dan bandirisme). Penyingkiran peran hati nurani mengakibatkan manusia sulit membedakan yang baik, jahat, biasa, dan boleh. Rasionalisasi dan pembenaran diri/golongan sebegitu dominan sehingga pengakuan akan kesalahan diri sangat sulit terjadi.
Tanpa pembaruan mentalitas gerakan transformasi social sejak Soeharto lengser tinggal slogan. Tiga langkah dasar berikut mutlak ditempuh. Pertama, pemerintah harus tegas dan konsisten menonaktifkan polisi, jaksa, dan hakim yang terindikasi korupsi dari pusat ke daerah. Teknokrat baik, jujur, dan professional dapat segera diambil alih posisi mereka. Pembersihan birokrat koruptifadalah kewajiban moral.
Kedua, tanggung jawab masyarakat dalam menyembuhkan kondisi koruptif melalui kerja sama yang sehat dan transparan dengan penegak hokum. Kecenderungan berkolusi dalam bidang kejahatan harus ditinggalakan agar banga kita luput dari penghancuran sistemik. Ketiga, wibawa pemerintah segera dipulihkan dengan membangun kembali ketepercayaan rakyat. Sebuah pasukan pemberantas korupsi yang tak kenal kompromi sangat diperlukan.
Jika prinsip yang benar gagal diterapkan dalam sebuah Negara, maka system pemerintahan tak berada dalam tangan aparatur semestinya. Dalam keadaan seperti ini kehadiran musim semi pembaruan sangat diperlukan.
Xin Nien Kuai Le !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar