Jumat, 08 Juli 2011

ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DJOGJA


.Rumah Joglo
Rumah joglo adalah rumah tradisional Jawa yang paling sempurna. Bangunan ini mempunyai bentuk yang besar dan membutuhkan kayu lebih banyak dalam pembuatannya. Bentuk khas dari bangunan joglo adalah menggunakan blandar bersusun melebar ke atas yang disebut blandar tumpangsari. Bangunan tersebut memounyi empat tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut sangkaguru. Terdapat pula kerangka yang berfungsi sebagai penyiku atau penguat bangunan agar tidak tergeser posisinya yang disebut sunduk kili. Letak kerangka tersebut di ujung sangkaguru di bawah blandar. Apabila pada masing-masing sisi itu terdapat sunduk, maka sunduk keliling itu disebut koloran atau kendhit (ikat pinggang). Bentuk bangunan joglo ini mempunyai ukuran bujur sangkar.
Susunan rumah oglo biasanya dibagi tiga, yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendapa, ruang tengah atau ruang tempat pentas wayang (ringgit) yang disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau oamh jero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang kelurga terdapat tiga buah sentong (bilikkk) : sentong kiwo (bilik kiri), sentong tengah (bilik tengah), dan sentong tengen (bilik kanan).
Bagi kalangan bangsawan, biasanya di sebelah kiri dan ruang keluarga ada bangunan kecil memnjang yang disebut gandok. Bangunan kecil tersebut mempunyai banyak kamar.
Pendapa milik bangsawan selain sebagai tempat menerima tamu juga berfungsi sebagai tempat menggelar kesenian tadisonal seperti tari-tarian. Para undangan yang menyaksikan duduk di sebelah kiri dan kanan pendapa, sedangkan pihak tuan rumah duduk dalam ruangang menghadap kea rah depan.
Sentong kiwo dipergunakan untuk menyimpan senjata atau barang-barang keramat. Sentong tengah berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Sri atau Dewi Kesuburan sehingga disebut juga dengan pasren. Di dalam pasren terdapat genuk (gentong) yang terbuat dari tanah liat dan berisi sejimpit beras, kendi berisi air, jupak (lampu minyak elapa), lampu robyong, model burung garuda, paidon (jambangan dari kuningan tempat membuang air ludah), dan loro blonya, yaitu patung sepasang pengantin duduk bersila yang terbuat dari tanah liat atau kayu. Patung mempelai pria di sebelah kanan dan patung mempelai perempuan di sebelah kiri. Keduanya terletak di tengah dua buah paidon. Adapun sentong tengen untuk kamar tidur.
Dalem atau ruang keluarga digunkan untuk hal yang bersagkut-paut dengan p[rmbicaraan kalangan sendiri, merenungkan peristiwa atau pekerjaan lampau, memberikan nasihat kepada sanka keluarga, sampai kegiatan adat yang sakral, yaitu puncak dari rangkain dari upacara adat yang sebelunya diselenggarakan di tempat lain. Peringitan dimanfaatklan untuk menerima tamu khusus. Ia juga digunakan untuk pertunjukkan wayang kulit. Cerita yang dipilih biasanya terkait dengan perilaku manusia yang sarat dengan perbuatan tercela, sehingga memrlukan nasihat agar berbuat lebih baik di kemudian hari.
Dalam perkembangannya, bentuk joglo mengalami perubahan-perubahan seperti joglo lawakan, joglo sinom, jogli jompongan, joglo pangrawit, joglo mengkurat,joglo hageng dang joglo semar tinandhu.
.Rumah Limasan
Rumah limasan adalah rumah tradisional yang banyak dibangun oleh masyarakat Yogyakarta.Rumah ini cukup sederhana dan itdak membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya.
Limasan berasal dari kata limolasan yang berarti limabelasan. PErhitungan sederhan dalam pembuatan rumah limas an adalah ukuran olo 3 dan blandar 5 m. Molo adalah kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Ibarat manusia, molo adalah kepalanya. Oleh karena itu sebelum molo dipasang, orang tidak boleh melangkahinya. Inilah bagian rumah yang dianggap paling keramta. Jika kita menggunakan molo 10 maka blandaarnya harus berukuran 15 m.
Dalam perkembangannya, bangunan limasan mempunyai bentuk sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, muncul macam-macam limasan lawakan, limasan gajah ngombe, limasan gajah njerum, limasan apiatan, limasan klabang nyander, limasan pacul gowang, limasan gajah mangkur, cere gancet, apitan pengapit, lambing teplok, semar tinadhu, trajumasa lambing gantung, trajumas, trajumas lawakan, lambangsari, sinom lambing gantung rangkla kuthuk ngambang.
Ruangan dalam rumah limasan terbagi tiga, yaitu ruangan depan, ruang tengah dan ruang belakang. Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya ditempatkan disebelah sentong kiwo ataupun sentong tengen.
Bagi petani, sentong kiwo berfungsi untuk menyimpan alat-alat pertanian, sentong tengah untuk menyimpan hasil pertanian seperti padi, dan ubu-ubian, dan sentong tengen digunakan untuk kmara tidur.
.Rumah Kampung
Rumah kampong terdiri dari soko (tiang) yabg berjumlah 4,6 atau 8 dan seterusnya. Biasanya rumah jenis ini hanya memerlukan 8 soko. Atap terletak pada dua belah sisi atas rumah dengan satu bubungan atau wuwung.Dalam perkembangannya, rumah kampong mengalami banyak perubahan dan variasi sehingga muncullah aneka rumah kampung. Diantaranya, kampung pacul gowang, srotong, dara gepak, klabang nyander, lambing teplok, lambing teplok semar tinandhu, gajah njerum, cere gancet, semar pinandho.
.Rumah Panggang-Pe
Ruamah Panggang-Pe merupakan bentuk rumah yang paling sederhana dan merupakan bangunan dasar. Inilah bangunan pertama yangf dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin, udara dingin, air hujan, dan terik matahari.
Bangunan sederhana ini hanya membutuhkan empat atau enam tiang. Di sekelilingnya ditegakkan didnding dari anyaman bamboo atau papan. Karena amat sederhana, maka ruangannya hanya satu.
Bila ada kebutuhan keluarga maka dapat ditambah ters belakang ruah. Dengan demikian, bentuk panggang-pe memiliki banyak variasi, seperti panggang-pe selirang, empyak setangkep atau gencet, trajumas, dan barengan.

1 komentar: