Jumat, 08 Juli 2011
Tips Memutihkan Gigi
Tips cara memutihkan gigi, Gigi kuning bisa di akibatkan oleh kebiasaan meroko dan kopi, secara berkala noda kuning itu semakin menebal dan bisa mengakibatkan plak pada gigi anda. Sudah pasti kita akan sedikit kehilangan rasa percaya diri di masyarakat. Sepele memang, tapi senyum bagian dari ramah tamah, jika gigi kita kuning mungkin bisa di anggap tidak sopan karena tidak bisa menjaga kebersihan :)
1. Pasta Lemon dan garam
Untuk mendapatkan gigi putih cemerlang buatlah pasta yang terbuat dari beberapa tetes jus lemon yang di campur dengan sedikit garam dapur. gunakan ketika anda mengosok gigi secara teratur. Pasta lemon ini dapat menghilangkan karat pada permukaan gigi. resep yang praktis untuk gigi putih
2. Kulit Jeruk
Gosok gigi dengan menggunakan bagian dalam kulit jeruk. Kulit jeruk mengandung unsur pemutih yang sangat lembut, yang akan membantu menghilangkan noda karat pada gigi tanpa membahayakan lapisan email gigi.
3. Siwak
Penggunaan Miswak tersebar di penduduk muslim di dunia, dan merupakan entitas umum di negara-negara Muslim. Alasan umum penggunaan Miswak oleh umat Islam dikaitkan dengan agama. Dimana budaya dan tradisi penggunaan siwak atau miswak telah lama terjadi di negara-negara muslim. Terdapat 70 keunggulan Miswak yang dijelaskan dalm Islam dan banyak literatur telah membuktikannya secara ilmiah.
4. Daun Salam
Memutihkan gigi dengan daun salam sangat mudah, ambil 6 lembar jemur di terik matahari, lalu remas hingga menjadi bubuk. tambahkan kulit jeruk bubuk. Cara menggunakannya cukup gosokan campuran daun salam dengan kulit jeruk tersebut setiap hari. dan lihat hasilnya dalam 2 minggu.
5. Strawberry
Strawberry bukan hanya enak dimakan, di buat jus atau selai. tapi stoberi bisa memutihkan gigi juga. Meskipun rasanya manis, stroberi tidak berbahaya bagi kesehatan gigi. Sebaliknya, buah ini justru bisa membantu menghilangkan noda karat pada gigi dan membuatnya menjadi putih cemerlang. jadi banyak-banyaklah mengkonsumsi buah ini secara utuh, bukan hanya vitamin saja yang berguna buat tubuh tapi gigi pun jadi putih cemerlang
6. Sari Apel dan Cuka Putih
Sari buah apel dan cuka putih juga sangat efektif menghilangkan noda karat pada gigi, karena keduanya mengandung unsur pemutih yang membantu menghilangkan noda dengan cepat. Akan tetapi kedua bahan ini sifatnya sangat keras, sehingga penggunaan secara harian akan menimbulkan kerusakan pada lapisan email. Selain itu, rasanya juga sangat pahit.
7. Arang Kayu
Sebenarnya arang kayu juga sangat ampuh untuk membersihkan noda kuning pada gigi, namun bahan ini berbahaya karena dapat merusak email secara permanen dan menimbulkan rasa sakit pada gigi. Oleh karena itu, Anda sebaiknya tidak mencobanya.
SENJATA TRADISIONAL
o Keris
Keris adalah salah satu jenis senjata tikam yang terbuat dari logam. Ditinjau dari bentuknya, keris terbagi dua, yaitu keris yang bilahnya lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok. Keris yang mempunyai kelokan atau lik dapat dibedakan dari jumlah kelokannya. Yang terkecil adalah yang memiliki luk 3 dan yang terbesar memiliki luk 13. Bila ada keris yang luknya berjumlah lebih dari 13 disebut keris tidak lazim atau keris palawija. Perlu digarisbawahi, tidak ada keris yang luknya geanp, semuanya ganjil.
Keris yang sempurna terdiri dari kesatuan antara wilah (bilah), warangka (sarung), dan pegangan keris atau ukiran. Pegangan keris umumnya terbuat dari kayu, tapi ada juga yang dari gading, tulang, dan logam. Warangks biasanya terbuat dari kayu jati atau kayu cendan.
Salah satu keunikan keris adalah detailnya yang luar biasa. Hampir setiap detail yang melekat pada keris, baik pada bilah, warangka,maupun perabotnya bisa menjadi symbol. Dari ukiran atau pegangan keris pun, pada masa lalu orang bisa menilik derajat dan kepangkatan.
Seorang kesatria, memakai keris berwarangka model kesatrian. Pejabat kerajaan memakai warangka kadipaten. Ada lebih dari 25 varian warangka Jawa di masa lalu yang bisa menjadi indicator kepangkatan pemiliknya. Bahkan rah asal pemegang keris pun bissa ditilik dari warangkanya, apakah pemiliknya dari Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Jawa Timur, Madura, atau Bali.
Keris dianggap mempunyai kekuatan magis. Para empu pembuat keris mendapat kedudukan terhormat dalam masyarakat karena diangggap memiliki kesaktian serta keterampilan teknis tinggi.
Kekuatan simbolik keris dipercaya terletek pada pamor yang terbentuk di bahan campuran pembuatan keris. Bahan keris adalah besi meteor, terdiri dari unsure besi dan nikel. Pamor ini seperi hiasan hasil keterampilan empu keris. Pamor ini ada yang terbentuk sendiri pada waktu pemanasan dan juga yang sengaja dibuat.
Beberapa pamor dipercaya mempunyai kekutan magis. PAmor udan dipercaya dapat mendatangkan kekayaan, pamor putrid kinurung dapat menghindarkan dari mara bahaya, pamor panguripan dipercaya memiliknya tidak akan mengalami kekurangan dalam mencukupi kebutuhan hidup, dan pamor andon lulut dipercaya dapat menambah hbungan suami istri.
Akan tetapi, ada pula pamor yang dapat membahayakan pemiliknya, seperti pamor buntel mayit mengandung kekuatan untuk membunuh orang, pamor kudhung mayit berwatak mencelakakan si pemakai, dan pamor padhot menyebabkan pemakai selalu gagal dalam meraih cita-citanya.
MAKAN DAN MINUMAN TRADISIONAL
Makanan dan minuman tradisional Yogyakarata telah lama ada dan digenari oleh masyarakat dengan resewp spesifik yang diwariskan turun-emurun. Beberpa di antaranya sebagai berikut :
Gudeg, merupakan makanan yang dikenal di Yogyakarta. Cita rasanya manis gurih. Gudeg berasal dari bahsa Belanda Gutdag yang berarti cukup bagus atau enak. Saking populernya masakan ini, sampai-sampai Yogyakarta dijuluki kota Gudeg. Gudeg dibuat dari nagka muda yang dikupas, diiris-iris lalu direbus sampai masak.Samtan, bawang merah, bawang putih, laos, kemiri, ketumbar, daun salam dan garam dicampurkan ke dalam nangka tersebut. Dimasak lagi sampai berwarna kecokelatan.
WArna Cokelat dApat uga dibuat dengan memasukkan daun jati ke dalam masakan. Untuk menghasilkan rasa yang khas digunakanlah aranng dari batok kelapa untuk pemanasannya, sehingga panas bisa merata dan tahan lama. Dibutuhkan pemanasan lima sampai enam jam unutk menghasilakn gudeg yang berkualitas dan tahan lama.
Nasi uduk, disebut juga nasi gurih, biasanya nasi uduk dihidangkan pada upacara kenduri dan dibagi-bagikan dengan wadah dari daun pisang. Nasi uduk dibuat dari beras yang sudah dicuci bersih, dikukus sampai setengah matang, kemudian dicampur dengan santan dan daun salam. Lantas nasi dk dikukus lagi sampai masak. Mayoritas nasi uduk disajikan dengan lauk ingkung ayam.
Thiwul, merupakan makanan pokok sebagian kecil warga penduduk gunungkidul. Thiwul dibuat dari singkong yang dijemur sampai kering, ditumbuk sampai halus dan disaring diberi sedikit air dan dibuat bulatan kecil-kecil lalu dikukus sampai masak. Biasanya thiwul dihidangkan dengan sayur tempe.
Growol, merupakan makanan pokok dari KulonProgo. Growol terbuat dari ketela pohon yang sudah dikupas, dicuci, terus direndam dalam air selam dua sampai tigha hari. Setelah lunak, ia diangkat, dicuci bersih dan ditiriskan. Sesudah air mongering, ia dicincang sampai lumat, baru dikukus hingga masak. Lazimnya growol dicetak dengan daun pisang. Growol dimakan dalam bentuk irisan dengan sayur lodrh. Lauknya tempe benguk yang sudah dibacem. Makanan ini dapat ditemukan di Pasar Senolo.
Nasi Jagung, merupakan makanan pokok sebagian kecil penduduk di lereng Gunung Merpai. Jagung yang sudah kering direndam dalam air yang telah diberi air kapur selama setengah jam. Lantas jagung ditiriskan dan ditumbuk sampai halus. Setelah menjadi tepung, jagung dikukus sampai masak. Biasanya hidangan ini disajikan bersama sayur Lombok dan ikan asin.
Beras Kencur, oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai minuman yang selain menyegarklan juga meningkatkan stamina tubuh. Beras kencur terbuiat dari beras yang direndam dalam air, ditiriskan, terus ditumbuk sampai halus.Kencur yang sudah dikupas kemudian ditumbuk dan dicampur dngan beras yang telah halus. Selanjutanya diberi air seukupnya, terus disaring. Minuman ini dihidangkan dengan diberi gula jawa atau gula pasir dan sedikit jeruk nipis. Beras kencur cocok diminum sehabis berolah raga.
Wedang Secang, yang berwarna merah merupakan minuman kesukaan Sri Sultan HB IX. Minuman ini dapat menjaga kesehatan. Badan yang masuk angin bila minum wedang secang hangat, bisa bugar kembali.Wedang secang terbuat dari serutan kayu secang, dua lembar daun cengkih yang sudah kering, irisan kulit pohon kayu manis, merica putih, daun serai, cabe rawit, dicampur dengan jahe yang sudahj dibakar dan dipukul-pukul sampai gepeng. Semua bahan dimasukkan ke dalam kendil tanah liat, terus dipanaskan dengan air sampai mendidih. Setelah disaring wedang secang dihidangkan dengan gula batu. Dimakam Imogiri, bahan ramuan wedang secang dijual sebaghai oleh-oleh bagi para peziarah.
Dawet, merupakan minuman pelepas dahaga yang cukup popular di Yogyakarta. Salah satu usur dawet adalah cendol. Untuk membuat cendol,panaskan tepung beras hingga mendidih dan tuang dengan sarinagn kedalam baskom yang berisi iair dingi. Tepung beras yang jauth ke dalam air din9in akan mengental dan membentuk cendol. Masukkan cendol kedalam mangkuk, tmabahkan santan kelapa dan sirup gula jawa untuk menambah sedap tambahkan daun pandan wangi ketika membuat sirup gula kelapa. Dipasar tradisional msih kita temukan penjual dawet yang menjajakan dagangannya dengan memakai tenggok, wadahg besar dari anyaman bambu.
Makanan dan minuman tradisioanal ini dibuat dengan bahan yang tersedia di wilayah DIY. Di daerah Gunungkidul dan KulonProgo dapat ditemui mkanan berbahan dasar ketela pohon, di daerah sleman dan bantul bnayak ditemukan makan berbahan dasar beras dan jagung. Ciri khas mkanan dari Yogyakarata terletak pada cita rasa yang cenderung manis.
ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DJOGJA
.Rumah Joglo
Rumah joglo adalah rumah tradisional Jawa yang paling sempurna. Bangunan ini mempunyai bentuk yang besar dan membutuhkan kayu lebih banyak dalam pembuatannya. Bentuk khas dari bangunan joglo adalah menggunakan blandar bersusun melebar ke atas yang disebut blandar tumpangsari. Bangunan tersebut memounyi empat tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut sangkaguru. Terdapat pula kerangka yang berfungsi sebagai penyiku atau penguat bangunan agar tidak tergeser posisinya yang disebut sunduk kili. Letak kerangka tersebut di ujung sangkaguru di bawah blandar. Apabila pada masing-masing sisi itu terdapat sunduk, maka sunduk keliling itu disebut koloran atau kendhit (ikat pinggang). Bentuk bangunan joglo ini mempunyai ukuran bujur sangkar.
Susunan rumah oglo biasanya dibagi tiga, yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendapa, ruang tengah atau ruang tempat pentas wayang (ringgit) yang disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau oamh jero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang kelurga terdapat tiga buah sentong (bilikkk) : sentong kiwo (bilik kiri), sentong tengah (bilik tengah), dan sentong tengen (bilik kanan).
Bagi kalangan bangsawan, biasanya di sebelah kiri dan ruang keluarga ada bangunan kecil memnjang yang disebut gandok. Bangunan kecil tersebut mempunyai banyak kamar.
Pendapa milik bangsawan selain sebagai tempat menerima tamu juga berfungsi sebagai tempat menggelar kesenian tadisonal seperti tari-tarian. Para undangan yang menyaksikan duduk di sebelah kiri dan kanan pendapa, sedangkan pihak tuan rumah duduk dalam ruangang menghadap kea rah depan.
Sentong kiwo dipergunakan untuk menyimpan senjata atau barang-barang keramat. Sentong tengah berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Sri atau Dewi Kesuburan sehingga disebut juga dengan pasren. Di dalam pasren terdapat genuk (gentong) yang terbuat dari tanah liat dan berisi sejimpit beras, kendi berisi air, jupak (lampu minyak elapa), lampu robyong, model burung garuda, paidon (jambangan dari kuningan tempat membuang air ludah), dan loro blonya, yaitu patung sepasang pengantin duduk bersila yang terbuat dari tanah liat atau kayu. Patung mempelai pria di sebelah kanan dan patung mempelai perempuan di sebelah kiri. Keduanya terletak di tengah dua buah paidon. Adapun sentong tengen untuk kamar tidur.
Dalem atau ruang keluarga digunkan untuk hal yang bersagkut-paut dengan p[rmbicaraan kalangan sendiri, merenungkan peristiwa atau pekerjaan lampau, memberikan nasihat kepada sanka keluarga, sampai kegiatan adat yang sakral, yaitu puncak dari rangkain dari upacara adat yang sebelunya diselenggarakan di tempat lain. Peringitan dimanfaatklan untuk menerima tamu khusus. Ia juga digunakan untuk pertunjukkan wayang kulit. Cerita yang dipilih biasanya terkait dengan perilaku manusia yang sarat dengan perbuatan tercela, sehingga memrlukan nasihat agar berbuat lebih baik di kemudian hari.
Dalam perkembangannya, bentuk joglo mengalami perubahan-perubahan seperti joglo lawakan, joglo sinom, jogli jompongan, joglo pangrawit, joglo mengkurat,joglo hageng dang joglo semar tinandhu.
.Rumah Limasan
Rumah limasan adalah rumah tradisional yang banyak dibangun oleh masyarakat Yogyakarta.Rumah ini cukup sederhana dan itdak membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya.
Limasan berasal dari kata limolasan yang berarti limabelasan. PErhitungan sederhan dalam pembuatan rumah limas an adalah ukuran olo 3 dan blandar 5 m. Molo adalah kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Ibarat manusia, molo adalah kepalanya. Oleh karena itu sebelum molo dipasang, orang tidak boleh melangkahinya. Inilah bagian rumah yang dianggap paling keramta. Jika kita menggunakan molo 10 maka blandaarnya harus berukuran 15 m.
Dalam perkembangannya, bangunan limasan mempunyai bentuk sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, muncul macam-macam limasan lawakan, limasan gajah ngombe, limasan gajah njerum, limasan apiatan, limasan klabang nyander, limasan pacul gowang, limasan gajah mangkur, cere gancet, apitan pengapit, lambing teplok, semar tinadhu, trajumasa lambing gantung, trajumas, trajumas lawakan, lambangsari, sinom lambing gantung rangkla kuthuk ngambang.
Ruangan dalam rumah limasan terbagi tiga, yaitu ruangan depan, ruang tengah dan ruang belakang. Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya ditempatkan disebelah sentong kiwo ataupun sentong tengen.
Bagi petani, sentong kiwo berfungsi untuk menyimpan alat-alat pertanian, sentong tengah untuk menyimpan hasil pertanian seperti padi, dan ubu-ubian, dan sentong tengen digunakan untuk kmara tidur.
.Rumah Kampung
Rumah kampong terdiri dari soko (tiang) yabg berjumlah 4,6 atau 8 dan seterusnya. Biasanya rumah jenis ini hanya memerlukan 8 soko. Atap terletak pada dua belah sisi atas rumah dengan satu bubungan atau wuwung.Dalam perkembangannya, rumah kampong mengalami banyak perubahan dan variasi sehingga muncullah aneka rumah kampung. Diantaranya, kampung pacul gowang, srotong, dara gepak, klabang nyander, lambing teplok, lambing teplok semar tinandhu, gajah njerum, cere gancet, semar pinandho.
.Rumah Panggang-Pe
Ruamah Panggang-Pe merupakan bentuk rumah yang paling sederhana dan merupakan bangunan dasar. Inilah bangunan pertama yangf dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin, udara dingin, air hujan, dan terik matahari.
Bangunan sederhana ini hanya membutuhkan empat atau enam tiang. Di sekelilingnya ditegakkan didnding dari anyaman bamboo atau papan. Karena amat sederhana, maka ruangannya hanya satu.
Bila ada kebutuhan keluarga maka dapat ditambah ters belakang ruah. Dengan demikian, bentuk panggang-pe memiliki banyak variasi, seperti panggang-pe selirang, empyak setangkep atau gencet, trajumas, dan barengan.
UPACARA TRADISIONAL
.Sekaten
Setelah Raden Patah dilantik menjadi sultan pertama Kerajaan Demak, atas anjuran Wali Sanga didirikanlah Masjid Besar Demak yang selesai dibangun pada tahun 1408. Saat itu, penyebaran agama islam tidak banyak mengalami kemajuan. Kemudian muncul gagasan dari Sunan Kalijaga untuk menyelenggarakan keramaian menjelang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada bulan RAbiulawal . Maka, dibunyikanlah gamelan di halaman masjid agara rakyat mau masuk ke kompleks Masjid Besar. Sejak semiggu sebelum peringatan Maulid,diselenggarakan keramaian. Secara terus menerus gamelan ditabuh disertai dengan dakwah agama. Beberapa lagu gamelan digubah oleh Sunan Giri dan Sunan Kalijaga.
Mendengar bunyi gamelan yang merdu, rakyat bebondong-bondong menyaksikan dari dekat, kemudian menuju pelataran masjid.Para wali memanfaatkan keamaian tersebut sebagai ajang berdakwah tentang keluhuran agama ialam. Banyak yang tertarik dan kemudian masuk islam. Mereka yang masuk islam diwajibkan mengucapkan dua kaliamt syahadat, istilah Arabnya Syahadatain. Lidah orang jawa mengucapkannya sebagai sekaten. Orang yang telah menyempurnakan syahadat berarti sudah resmi masuk islam dan untuk menyempurnakan keislamnnya lalu disunat.
Pada malam 12 Rabiulawal, Sultan keluar dari keraton menuju masjid untuk mendengarkan riwayat hidup Nabi. Pada tengah malam, Sultan kembali ke keraton beserta gamelan sekaten pertanda berakhirnya perayaan sekaten.
Pada pemerintahan Sultan Agung, tradisi garebeg mulud disertai pisowanan garebeg di Sithingil. Acra tersebut diakhiri dengan wilujengan negarti berupa sesajian gunungan untuk kenduri di Masjid Agung.Sedekah dari raja untuk rakyat berupa gunungan inilah yang kemudian menjadi rebutan masyarakat karena diprcaya dapat digunakan sebagai tolak bala agar hasil pertanian tidak diserang hama penyakit. Selain garebeg mulud diadakan pula garebeg syawal unutk merayakan Idul adha.
Tradisi perayaan sekaten ini ditetapkan menjadi tradisi resmi sejak kerajaan pindah dari Demak ke Pajang, dari Pajang pindah ke Mataram, lalu ke Surakarta dan Yogyakarta. Pada masa pemerintahan Sri Sultan HB I, ditabuhlah dua gamelan sekaten, yaitu Kyai Gunturmadu (yang bermaknaanugerah yang turun) di tempatkan di bangsal Pagongan Selatan dan Kyai Nogowilogo (yang bermakna Lestari dan menang perang) ditempatkan di bangsal Pagongan Utara.
.Labuhan
Dalam kepercayaan jawa, setiap tempat mempunyai penguasa gaib berupa mahluk halus penunggu. Gunung Merapi yang terletak di Utara Kota Yogyakarta diyakini ditunggu oleh mahluk halus bernama Eyang Sapujagad. Adapun Samudera Indonesia, biasa disebut laut selatan, yang terletak di selatan kota Yogyakarta ditunggu oleh wanita cantik jelita bernama Kanjeng Ratu Kidul.
Panembahan Senopati sebagai raja Mataram berupaya menjaga keharmonisan, keselarasan, dan keseimbangan dalam masyarakat. Karena itu, ia menalin komunikasi dengan kedua mahluk halus tesebut. Salah satu bentuk komunikasinya adalah dengan besemadi di tempat-tempat tersebut. Ketika Panembahan Senopati merasa sudah saatnyan mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pajang, ia bertapa di Laut Selatan. Sementara itu, pamannya, yaitu Ki juru mertani , bertapa di Gunung Merapi.
Untuk menghormati ikatan antara Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram penerus Panembahan Senopati, maka setiap tahun diadakan labuhan di Pantai PArangtritis. Kalau kewajiban itu diabasikan, terdapat kepercayaan bahwa Kanjeng Ratu Kidul akan murka dengan mengirim tentara jin untuk menyebarkan penyakit dan berbagai musibah yang akan menimbulkan malapetaka bagi rakyat dan kerajaan. Tetapi bila labuhan tetap dilaksanakan, maka Kanjeng Ratu kidul akan memberikan perlindungan dan bantuan ke Mataram.
Labuhan ini sudah menjai upacara adat Keraton Mataram sejak abad ke VXII. Setelah perjanjian Gianti tahun 1755 yang membagi Mataram menjadi dua kerajaan, yaitu Kasunana Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, maka tradisi labuhan ini dilakuka oleh dua kerajaan Jawa tersebut.
Labuhan pertama kali di Kesultanan Yogyakarta diadakan sehari setel;ah penobatan pangeran Mangkubumi sebagai Sultan HB I tahun 1755. Tradisi ini berlangsung ssampai Sultan HB ke VII.
Pada masa pemerinthan Sulatan HB ke IX, labuhan diadakan setelah ulamg tahun Sulatan, Kini, di masa Sultan HB ke X, labuhan dilaksanakan sehari dulu lagi, yaitu sehari sesudah penobatannya menjadi raja. Labuhan diadakan setiap tahun pada tanggal 30 bulan Rejeb karena Rejeb tahun Wawu atau 7 Maret 1989.
Seribanya barang-barang labuhan atau sesaji di Parangkusumo, rombongan abdi dalem memasuki kompleks berpagar yang di dalamnya terletak Sela Gilang. Di atas batu inilah dulu Panembahan Senopati dan Kanjeng RAtu Kidul mengadakan pertemuan. Tempat itu diyakini sebagai pintu gerbang menuju kerajaan Kanjeng Ratu Kidul. Juru kunci yang memimpin pelaksanaan upacara membakar kemenyan, kemudian menanam kuku, rambut, dan pakain bekas sultran HB ke X di pojok kompleks.
Juru kunci membakar kemenyan lagi dan mengassapi ketiga ancak yang berisi barang labuhan lalu berangkat ke pantai untuk melabuhnya. Sekitar 10 langkah dari garis pantai, juru kunci duduk bersila menghadap ke laut melakukan sembah ke Kanjeng Ratu kidul sambil mengucapkan doa permohonan, “Hamba mohon permisi, Gusti Kanjeng Ratu Kidful. Hamba memberikan lelabuhan cucu Paduka ingkang Sinuwun Kanjeng sultan yang ke X di Ngayogyakarta Hadiningrat Cucu paduka mohon pangestu, mohon keselamatan, mohon panjang usia, kemuliaan kerajaan, keselamatan Negara di Ngayogyakarta Hadiningrat.”
Ketigaa ancak segera dibawa ke tengah laut unutk dilabuh. Ancak paling depaan unutk dipersembahkan kepada Kanjeng Ratu Kidul, raja dari mahluk halus di Laut Selatan. Ancak kedua dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menjabat sebagai patih Kanjeng Ratu Kidul, dan ancak ketiga dipersembahkan kepada mbok Roro RAtu Kidul, pembantu kedua.
Masyarakat yangmenghadiri acara lelabuhan biasanya beramai-ramai memperebutkan sebagian dari benda labuhan ynag dihanyutkan ombak ke pantai. Menurut kepercayaan, barang-barang yang masih baru akan hanyut ke dalam laut karena dipakai oleh Knajeng Ratu Kidul, sedangkan barang-barang sepert baju bekas Sultan dan bnga sesaji akan kembali kepantai.
Menurut kepercayaan, barang-barang yang kembali terdampar di pantai tersebut mempunyai kekuatan ghaib karena dikirim kembali oleh Kanjeng Ratu Kidul untuk mengatasi segala gangguan dan penyakit.Beberapa orang yang menjadikannya sebagai jimat. Jimat adalah suatu benda yang difungsikan sebagai pusaka dan dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk membantu pemiliknya menangkal gangguan alam. Yang mendapatkan benda-benda labuhan berharap akan memperoleh kesejahteraan dan keberuntungan hidup.
.Bekakak
Bekakak disebut juga saparan bekakak. Bekakak berarti korban penyembelihan manusia atau hewan. Hanya saja, bakakak yang sisembelih dalam upacara ini hnya tepung ketan yang dibentuk seperti pengantin laki-laki dan perempuan sedang duduk.
Sebelum diarak unutk disembelih, pada malam sebelumnya diadakan upacara midodareni layaknya pengantin sejati. Menurut kepercayaan masyarakat pada malam menjelang perkawinan, para bidadari turun ke bumi untuk memberi . Orang-orang begadang semalam suntuk unutk meyambut kedatangan para bidadari tersebut.
Pada siang hari, :pengantin” diarak dari Balai Desa Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta, ke Gunugn Gamping. Ini adalah tempat Kyai Wirasuta abdi dalem Sri Sultan HB I, muksa, hilang tanpa bekas.
Kyai Wirasuta adlah abdi dalem Penongsong, abdi dalem pwmbawa paying ketika Sri Sultan HB I bepergian. Ketika Sultan pindah dari Ambarketawang ke keraton yang barui, abdi dale mini tidak ikut pindah dan tetap tinggal di Gamping. Ia menjadi cikal-bakal penduduk di sana. Ia tinggal dalam Gua di bawah Gunung Gamping tersebut.
Suatu hai, jumat Kliwon sekitar tanggal 10-15 bulan Sapar, menjelang purnama terjadi musibah yang menimpa kyai Wirasuta sekeluarga, gunung Gamping yang didiami rutuh, kyai Wirasuta sekeluarga beserta hewan kesayangannya berupa landak ,gemak, dan merpati terkubur di reruntuhan.
Sri Sultan HB I segera memerintahkan untuk mencari jenazah mereka, tetapi tidak diemukan. Maka Sulatan memerintahkan para abdi dalem keraton supaya setahun sekali setiap bualn Spar antara tanggal 10-20 unutk membuat selametandan ziarah ke Gunung Gamping dengan tujan unutk menegnang jasa dan kesetiaan Ki Wirasuta sebagai abdi dalem yang loyal sampai akhir hayat.
Penyembelihan bekakak dimaksudkan sebagai bentuk pengorbanan untuk para arwah atau danyang penunggu Gunung Gampaing.Tujuannya adalah agara mereka tidak mengambil korban manusia, sekaligus berkenan memberikan keselamatan kepada masyarakat yang menambang batu gamping di sana.
.Rebo Wekasan
Rebo Wekasan merupakan suatu upacara tradisional yang terdapat di Desa Wonokromo, Pleret, Bantul. Letaknya sekitar 10 km dari kota Yogyakarta. Rebo wekasan berasakl dari kata rebo dan wekasan yang berarti hari rabu terakhir bulan sapar.
Pada tahun 1600, Keraton Mataram yang berkedudukan di Pleret sedang dilanda penyakit atau pageblug. Sultan Agung sebagai raja Mataram sangat prihatin. Ia pergi bersemadi di Masjid Soko Tunggal di Desa Kerton. Dalam semadinya ia mendapat petunjuk dari Tuhan untuk membuat penolak bala guna mengusir wabah tersebut.
Dipanggillah Kyai Sidik dari Wonokromo untuk membuat penolak bala. Jimat adalah penolak bala itu. Jimat tersebut berupa aksara arab bertuliskan Bismillahir Rahmanir Rahim sebanyak 124 baris dan dibungkus dengan kain mori putih. Oleh Sultan Agung, jimat tersebut direndam dalam bokor kencana dan diminumkan kepada orang yang sakit, dan ternyata mereka sembuh.
Semakin banyaknya orang yang dating meminta air tersebut. Lantaran tidak mencukupi untuk semua orang, maka Sultan Agung memerintah Kyai Sidik unutk membuang jimat tersebut di tempuran Sungai Opak dan Sungai Gajahwong. Berduyun-duyunlah orasng berkunjung ke tempuran tersebut untuk membvasuh muka, mandi, dan berendam agar mendpat keberuntungan.
Pada masa pemerintahan Sri Sultan HB I, kyai Muhammad Fakih dititahkan untuk membuat Masjid Pathok negoro di Desa Wonokromo dengan nama Masjid at-Taqwa. Awlanya Masjid tersebut terbuat dari anyaman bambu dengan atap dari anyaman daun alang-alang yang disebut welit.Karena keahliannya membuat welit maka masyarakat sekitar memanggilnya Kyai Welit. Dia juga meneruskan tradisi rebo wekasan pada Rabu terkhir bulan Sapar tahun 1754 M. Dia membuat kue Lemper yang dibagikan ke masyarakat di sekitar.
Menurutnya, kue lemper mengandung nilai filosofis. Kulit lemper dari daun pisang mengibaratkan segala hal yang dapat mengotori akidah, sehingga dibuang. Ketan ibarat kenikmatan duniawi. Isi lemper yang berupa daging cincang ibarat kernikmatan akhirat. Jadi makan lemper bermakna bahwa orang yang ingin mendpat kebahagiaan dunia dan akhirat harus bisa menghilangkan kotoran jiwa sehingga jadi bersih seperti lemper yang sudah dikupas.
Peristiwa tersebut dianggap sebgai hari bersejarah bagi masyarakat Wonokromo sehingga diperingati setiap tahun. Upacara rebo wekasan dianggap sebagai pengingat bahwa telah terjadi musibah yang menelan banyak korban jiwa. Tradisi mengarak lemper terus diturskan sampai sekarang dalam bentuk lemper raksasa sepanjang dua setengah meter dengan diameter setengah meter.
.Siraman Kanjeng Kyai Jimat
Upacara dimaksudkan sebagai bentuk pemuliaan terhadap benda-benda pusaka kerajaan yang mengandung nilai sejarah atau mempunyai nilai spiritual karena bertuah dan dikeramatkan. Dengan menyajikan persembahkan makanan (caos dahar)berupa sesajen buat kereta pusaka Kanjengkyai Jimat diharapkan roh penunggu kereta memberikan keselamatan bagi keluraga dan para kawula kerajan.
Acara ini dislenggarakan di museum kereta Pagedongan Rotowijayan, keraton Yogyakarta. Biasanya, acara tersebut digelar hari Slesa kliwon atau Jumat Kliwon bulan Sur. Setelah diberi sesaji, kain penutup kereta dibuka untuk mendorong dari tempatnya ke luar depan pintu Pagedongan. Bagian pertama yang dibersihakan adalah bagian depan kereta berupa patung putrid duyung. Dilanjutkan bagian atap, terus kebelakang. Terkhir adalah bagian roda kereta. Asap dupa terus mengepul tiada henti menciptakan suasan magis.
.Nguras Enceh
Enceh atau kong adalah wadah air yang terbuat dari tanah liat. Ada empat buah enceh di halaman Supit Urang Isatana Saptarengga, makam Sultan Agung. Dua buah enceh yang ada di sebelah timur menjadi wewenang kasunanan Surakarta dan dua buah yang ada di sebelah barat menjadi wewenang Kesultanan Yogyakarta.
Nama-nama enceh mulai dari timur ke bara adalah Nyai Siyem berasal dari negeri Siam atau muangthai, Kayai mendung berasal dari negeri ngerum, Kyai Danumaya berasal dari Palembang, dan Nyai Danumurti berasal dari Aceh. Menurut abdi dalem Puralaya yang menjaga makam, enceh ini digunakan sebagai tempat wudu Sultan Agung ketika hendak menuniakan sholat.
Pada bulan Sura, hari Jumat Kliwon, banyak masyarakat yang mengikuti upacara pembersihan enceh. Mereka berebut mendpatkan air bekas cucian encehy. Ada juga yang caos dhahar dengann membawa kembang setaman dan membakar kemenyan. Mereka meminta agar dikabulkan segala cita-citanya. Ada juga oaring-orang tua yang membasuh mukanya dengan air enceh yang dipercaya membuat awet muda dan menyembuhkan berbagai penyakit.
Sebelum enceh dibersihkan, terlebih dahulu dilakukan sugengan dengan tahlilan yang dilaksanakan oleh abdi dalem juru kunci keraton Yogyakarta. Setelah dikuras, enceh diisi dengan air sampai penuh. Kemundian air kurasan tadi dibagiakn bagi yang membutuhkan, ada juga yang langsung diminum di tempat.
Kesenian Tradisional
.Wayang kulit
Wayang kulit merupakan kesenian tradisional yang sudah berusia ratusan tahun. Dalam pertunjukan wayang kulit, penonton dapat menyaksikan dari aah depan atau dari arah belakang, penonton akan melihat bayang-bayang wayang di dalam kelir (tirai kain putih untuk menangkap bayangan wayang kulit). Bayang-bayang inilah yang mungkin menjadi cikal-bakal lahirnya istilah wayang yang berarti baying-bayang. Dapat ditafsirkan bahwa cerita dalam pewayangan mencerminkan baying-bayang kehidupan manusia di dunia.
Wayang kulit gaya Yogyakarta mempunyai tampilan fisik yang berbeda dengan wayang dari daerah lain. Perbedaannya terletak pada beberapa hal : wayang gaya Yogyakarta terkesan dinamis atau terlihat bergerak, ditandai dengan tampilan posisi kaki melangkah lebar seperti orang yang sedang melangkah ; tamplan bentuk luarnya lebih tambun dan tidak terkesan kurus; tangannya sangat panjang hingga menyentuh kaki; serta tatahannya inten-intenenan, terutama pada pecahan uncal kencana, sumping, turido, dan baghian busanan lainnya. Dilihat dari sunggingannya (lukisan/perhiasan yang diwarnai cat), digunakan sungging tlancap atau sungging sorotan, yaitu unsur sungging yang berbentuk segitiga terbalik yang lancip-lancip seperti bentuk tumpal pada motif kain batik; dan di bagian siten-siten atau lemahan, yaitu bagian di antara kaki depan dan kaki belakang, umumnya diberi warna merah.
Untuk mengetahui wayang gaya Yogyakarta, di tentukan dari jenis mata wayang. Bentuk hidung wayang, bentuk mahkota, jenis makaian kain (dodot) dan posisi kaki, serta atribut lainnya merupakan beberapa atribut yang perlu diperhatikan untuk mengenal wayang Yogya.
.Wayang Wong
Sesuai dengan namanya, kesenian ini menggunakan wong (orang) sebagai pemainnya. Beda dengan wayang kulit yang menggunakan wayang dari kulit sebagai alat peraganya.
Wayang wong adalah suatu seni drama yang menggabungkan antara seni dialog dan seni tembang.Pertama kali diciptakan oleh K.B.A.A. Mangkunegara I yang berkuasa dari tahun 1757 sampai tahun 1759.Pemain-pemainnya adalah para abdi dalem keraton sendiri.. Pada masa pemerintahan Mangkunegara V, pada tahun 1881, pegelaran wayang wong semakin hidup dan dianggap sebagai hiburan. Selnjautnya wayang wong berkembanng menjadi wayang wong gaya Suakrata dan wayang wong gaya Yogyakarta.
Wayang wong gaya Yogyakarta pertama kali muncul pada pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang bertakhta dari tahun 1878 sampai tahun 1921. Dahulu kala, wayang wong hanya dipentaskan di lingkungan keraton, yaitu di Baluweti.Para pemainnya adalah pangerandan keluarga keraton sendiri. Kesenian ini merupakan ajang ekspresi kehalusan budi, keterampilan tari, dan bela diri. Semua pemainnya laki-laki. Bahkan, tokoh wanita pun dimainkan oleh laki-laki.
Perbedaan antara wayng wong gaya Surakart dan Yogyakart terletak pada penggunaan kethok dan kecrek serta dalang untuk suluk (nyanyian atau tembang dalang yang dilakukan ketika akan memulai adegan di pertunjukkan wayng) dan menceritakan adegan yang silih berganti untuk gaya Surakrata. Adapun gaya Yogyakarta hanya menggunakan keprak (bunyi-bunyian pengiring gerakan) serta pembaca kandha yang bukan merupaka dalang. Pada gaya Surakarta, cengkok atau lagu percakapan Nampak lembut merayu, sedangkan gaya Yogyakarta terlihat datar melankolik. Dalam gaya Surakarta, tarian terlihat luwes sedangkan dalam gaya Yogyakarta tarian tamapak lebuh gagah, trengginas (lincah), dan memikat.
Pada masa pemerintahan Sri Suiltan Hamengkubuwono V (1822-1855) dipergelarakan tidak kurang lima cerita, yakni pragolomurti, petruk dadi ratu, rabinipun angkawijaya, joyosemadi, dan pregiwo-pregiwati.
Pada periode pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (18877-1921) hanya dua kali pementasan dengan lakon Sri Suwela dan pregiwo-pregiwati.
Wayang wong mencapai popularitasnya pada saat Sri Sultan HB VII berkuasa. Pada masanya digiatkan pembaruan dan penyempurnaan besar-besaran pada tata busana, tehnik, ragam gerak tari dan kelengkapan pentas. Proyek ini melibaakan empu tari KRT Joyodipuro, KRT Wirogunp, GPH Tejokusdumo, KRT Wironegoro, BPH Suryodiningrat, dan KRT Purboningrat. Selama periode 1921-1939 ini tidak kuarang 20 lakon wayang wong dipentaskan.
.Ketoprak
Surakarta tahun 1898, Wabah pes merajalela dan meminta banyak korban jiwa. Banyak orang dirawat di barak-0barak darurat. Untuk menghibur rakyat yang sedang menderita, KRT Wreksadiningrat segera mengerahkan para abdi untuk merawat dan mempersembahakan hiburan kesenian. Mereka membawa lesung untuk ditabuh disertai dengan tarian dan nyanyian.
Beberapa seniman mengembangkan ketoporak lesung tersebut dengan menambah instrument musik seperti siter (alat music petik yang bardawai , bentunya menyerupai kecapi Sunda), gender (gamelan Jawa yang terbuat dari bilah-bilah logam berjumlah empat belas dengan penggema dari bamboo), kendang dan genjring rebana kecil yang dilengkapi dengan kepingan logam bundarpada bingkainya). Mereka mulai manggung di luare tembok keraton dengan memakia kostum ala Turki atau Arab dang mengambil cerita rakyat Jawa. Dialognya dinyanyikan samil menari.
Ketoprak lesung dari Solo untuk pertama kalinya dipentaskan di Yogyakarata pada tahun 1900, yaitu sebagai hiburan dalam rangka memeriahkan perkawinan agung KGPAA Paku Alam VII dengan RA Puwoso, putrid Sunan Pakubuwono X.Sejak saat itu ketoprak berkembang di Yogyakarta.
.Dagelan Mataram
Dagelan Mataram adalah pertunjukan humor atau lawak yang dialognya menggunakan bahasa jawa. Kesenian ini berkembangdi wilayah Yogyakarta mengguinakan bahasa jawa. Kesenian ini berkembang di wilayah Yogyakarta jenis lawakan ini popular di Yogyakarta sekitar tahun 1950-an.
Cerita yang dipentaskan dalam dagelan Mataram biasanya cerita sederhana dan dekat dengan kehidupan masyarakat desa. Misalnya, konflik rumah tangga yang kemudian dapat diselesaikan secara adil. Intrik-intrik dalam konflik itulah yang dibumbut dengan dagelan segar.
Makna di balik dagelan sederhana itulah yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Melalui dagelan, kritik atas sesuatu yang melenceng dapat diungkapkan tanpa menyinggung perasaan seseorang.
Di tahun70-an dikenal pemain Dagelan Mataram yang cukup popular yaitu, Basiyo. Beberapa kaset dagelannya beredar di masyarakat seperti Besanan, Dadung Kepuntir, Degan Wasiat, Gauttkaca Gandrung, Kapusan, Maling Kontrang-Kantring, mBecak, mBlantik Kecelik, Midang, Ngedan, Pangkur Jenggleng, dan Gandrung. Bersama sang istri, Darsono, dan Arjo, Basiyo mengemas dagelan Mataram menjadi segar dan kocak.
Di era 1990-an, dagelan Mataram mulai menghilang dari masyarakat. Kesenian jenaka ini tergeser oleh jens kesenian lain yang lebih baru semisal campursari dan dangdutan.
.Wayang Beber
Pertunjukan wayang Beber dilakukan dengan pembacaan cerita atau gambar yang melukiskan kejadian atau adegan yang terlukis pada kertas. Pada saat ini, pertunjukan wayang beber dapat dikatakan sudah punah karena lukisan mengenai wayang tersebut tidak dibuat lagi.
Wayang Beber termasuk wayang yang paling tua usianya. Ia berasal dari masa akhir zaman Hindu di Jawa. Pada mulanya, wayang beber berkisah tentang cerita Mahabharata kemudian beralih ke cerita panji dari Kerajaan Jenggala pada abad XI dan mencapai jayanya pada zaman majapahit sekitar abad XIV-XV.
Ketenaran wayang ini memudar sejak zaman Mataram. Salah satu wayang beber yang tersisa ditemukan di desa Gelaran, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, yang terletak 47 km sebelah tenggara kota Yogyakarta. Wayang Bebertersebut dinamai wayang beber kyai Remeng, milik Ki Sapar Kromosentono yang merupakan ahli waris ketujuh.
Menurut cerita rakyat di sana , wayang beber tersebut dibuat dalam rangka peringatan tujuh bulan kandungan Sultan Hadiwijaya (1546-1586) yang terkenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Di Jawa dinamakan mitoni. Setelah Jaka Tingkir dinobatkan sebagai raja Pajang, Kyai Remeng dijadikan pusaka kerajaan dan kemudan diwariskan ke Mas Ngabehi Saloring PAsar yang bergelar Panembahan Senopati, putra angkanya. Di kemudian hari, Kyai Remeng menjadi pusaka Keraton Mataram.
Hingga saat ini, wayang beber Kyai Remeng dianggap sebagai benda pusaka oleh keluraga Ki Sapar Kromosentono. Setiap Jumat, benda keramat ini diselamati dengan sesaji.
.Tayub
Tayub berasal dari kata mataya yang berati tarian dan guyub ynag berarti rukun. Jika digabungkan berarti tarian kerukunan atau tarian persahabatan Di Yogyakarta juga ada semacam tayub yang disebut beksan pangeranan. Seorang penari bisa ditemani seorang teledek atau beberapa teledek secara bersamaan. Saat gamelan berhenti, baru minuman disajikan. Dahulu kala, tarian tayub hanya dilakukan oleh kerabat bangsawan yang memang telah mahir menari.
Disebutkan dalam Serat Cenhini, pada awal abad XIX putara Sunan Giri III melakukan pengembaraan ke Seantoro jawa. Waktu tiba di Desa Kepleng, ia menyaksikan penduduk gemar barmain tabuh-tabuhan dan dilanjutkan dengan tayuban dengan perempuan ynag bernama Gendra. Dalam membawakan tarian, Gendra begitu memukau penonton sehingga meangsang meeka untuk menari bersamanya. Akibat mereka saling berebut untuk bisa menari bersam Gendar, tidak jarang terjadi ketegangan, percekcokan, dan bahkan perkelahian. Gendra memang berarti si pembuat ianr.
Tayub yang berkaitan dengan ritus kesuburan masih ada didaerah Semin Gunungkidul. Diadakan dalam rangka perayaan datangnya Dewi Sri, dewi kesuburan. Awalnya teledek menari dengan diiringi gending Sri Boyong,agar Dewi Sri hadir di antara mereka unutk melindungi petani dari segala hama tanaman. Kemudian dilanjutkan dengan gending Sri Katon untuk menghormati Dewi Ssssri yang sudah hadir diantara mereka. Setelah gending Rujak Jeruk, maka para penonton bersuka cita menari bersama teledek.
Dalam perjalanan waktu, tayub telah semakin jauh dari konsep luhur tentyang kesuburan. Tayub telah memudar dan dibelokkan pada wujud ynag mengesampingkan noram susila. Kehidupan penari tayub, yang disebut ronggeng, lekat dengan
kehidupan asusila dan tidak senonoh.
Teknologi Komunikasi Perkantoran
Telekomunikasi didefinisikan oleh ROWe sebagai komunikasi yang menggunakan transmisi informasi yang menggunakan peralatan elektronik maupun elektromagnetik. Sedangkan menurut QUIBLE telekomunikasi sebagai transmisi informasi yag menggunakan teknologi telepon.
Manfaat telekomunikasi bagi organisasi adalah :
Mendapatkan informasi pada waktu yang tepat di tempat yang tepat
Mendapatkan data yang real time
Memungkinkan operasi perusahaan baik fasilitas maupun SDM tersebar di berbagai tempat.
Jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi ini sebagai hubungan antara beberapa peralatan circuit (kontak) komunikasi yang dapat diklasifikasikan dalam beberapa hal, yaitu berdasrakan topologi, kepemilikan dan geografi.
Berdasarakan Topologi
Bintang
Konfigurasi ini menggunakan host computer sebagai pemancar dan pendistribusian keanggota jaringannya.
Topologi Hierarki
Konfigurasi ini biasanya dikenal dengan konfigurasi pohon, host computer utama merupak akar jaringan yang ada, sepintas mirirp struktur organisasi.
Topologi Jala
Konfigurasi ini hampir sama dengan hierarki namun intensitas hubungan antar anggota jaringan lebih banyak.
Topologi Bus
Menggunakan satu gedung dan ada satu jalur utama sebagai penghubung yang mendistribusikan ke masing-masing anggota jaringan.
Topologi Cincin
Biasanya digunakan pada kondisi dimana masing-masing computer berdekatan.
Topologi Hybrid
Menggabungkan konfigurasi terdahulu dalam satu jaringan.
Berdasarkan Kepemilikan
Private
Public
Value Added Networks (VANs)
Berdasarkan Geografi
Wide Area Networks
Metropolitan Area Networks
Local Area Networks
Pembaruan Musim Semi
“Tahun Baru adalah baik Datangnya Tahun Baru”
Kita dapat berpakain dan bertopi baru.
Kita dapat membunyikan mercon sesuka hati.
(Disappearing Customs of Chinna)
Sajak khas anak-anak ini masih menjiwai miliaran orang Tionghoa di Tongkok, Taiwan, Hongkong, Makau, Malaysia, Singapaura, THAILAND, INDONESIA, dan Filipina yang merayakan Pesta Musim Semi 2562.
Makna terdalam pesta tani ini berpangkal pada kedatangan musim semi yang membawa roh pengharapan. Rumah, pakaian, relasi, dan suasana hati manusia dibarukan. Spiritualitas pembaruan individu menjadi motor seluruh transformasi keluarga. Tanpa pembaruan individu, pemabruan social hanyalah impian.
Jejaring pembaruan musism semi ini bermula dari lingkungan keluarga inti sambil melibatkan sanak family dan handai tolan. Mengingat kekuatan moral individu jadi tumpuan moral social, system pendidikan transformative disosialisasikan dari lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Mentalitas pembaruan disemaikan sejak didni. Mereka cenderung mengusahakan pemabruan dalam hidup mereka. Pakaian dan topi baru dalam pesta Musim Semi Tahun Kelinci mencerminkan keadaan hidup social yang dibarukan terus-menerus.
Pembaruan social dalam kondisi Pesta Musim Semi ditopang oleh kuasa yang Transenden: Dewa Tanah, Dewa Dapur, dan Dewa Chai. Yang ilahi menggerakkan seluruh proses pembaruan ini. Di hadapan-Nya tiada lagi kebohongan sebab Dia menembus segala kenyataan. Semua yang tersembunyi akan disingkap pada waktunya.
Manusia telanjang di hadapan Sang Pencipta langit dan bumi. Hanya Dia yang sanggup melihat semua. Kebohongan sebagai sandiwara tak sanggup bertahan di hadapan-Nya. Pembaruan akan mencapai otentitas kalau manusia sanggup jujur dan terpercaya terhadapo diri sendiri, sesame, dan Sang Pencipta. Pesta Musim Semi mengingatakan mereka akan kehadiran dan peran Sang Pencipta.
Pembersihan sebagai awal
T
ransformasi social mengandaiakan keberanian moral membersihkan diri dari segala bentuk kebohongan dalam hidup social, politik, ekonomi, kebudayaan, dan religi. Kaum tani di Tiongkok waktu itu dengan jujur dan berani mengakui bahwa pergantian musim yang seketika akan menyengsarakan hidup mereka. Akibatnya, mereka memanfaatkan waktu seefisien mungkin sehingga peluang transformasi hidup tidak dilewatkan.
Musim semi dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Dalam musim gugur, mereka menuai hasil tani. Kesulitan menghadapi musim paceklik melahirkan gaya hidup hemat. Pemborosan dianggap sebagai sikap yang bertolak belakang dengan pandangan dunia seorang p[etani.
Prinsip utama transformasi sosial adalah pembersihan diri, keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat. Menjelang Pesta Musim Semi, anggota keluarga membersihkan segala kekotoran yang bukan hanya di bagaian luar rumah, melainkan yang tersembunyi di sudut rumah, lantai dan langit-langit. Kebiasaan sebelum pesta ini muncul sejak zaman prasejarah dasn popular sejak Dinasti Tang (619-907)
Pembersihan tempat tinggal mengandung makana pembaruan seluruh system dan kandungan dalam sebuah keluarga. Kemalsan, kotoran, dan ketidakberesan diselesaikan sebelum merayakan Pesta Musim Semi. Pembersihan dinding rumah terjadi atas perintah Dewa Dapur yang ingin menyelamatkan mereka yang terancam hukuman kaisar Permata Jade. Ini berarti proses pembersihan merupakan langkah awal meluputkan diri dari segala bentuk ancaman bagi keselamatan manusia.
Perayaan Pesta Musim Semi di Indonesia mengmebuskan angin segar bagi proses reformasi bangsa. Sekaranglah saat untuk segera meningglkan musim korupsi, pembohongan public, mafia hokum, keridakadilan social karena musim ini menunjukkan perubahan disposisi batin merintis langkah baru memperbaiaki hidup social, ekonomi, politik , kebudayaan, dan religi.
Musdim semi kehidupan bangsa kita ditandai dengan gerakan perbaiakan hati nurani dan budi manusia yang masih dicengkam aneka bentuk kecenderungan destruktif ( akuisme, sektarianisme, nepotisme, dan bandirisme). Penyingkiran peran hati nurani mengakibatkan manusia sulit membedakan yang baik, jahat, biasa, dan boleh. Rasionalisasi dan pembenaran diri/golongan sebegitu dominan sehingga pengakuan akan kesalahan diri sangat sulit terjadi.
Tanpa pembaruan mentalitas gerakan transformasi social sejak Soeharto lengser tinggal slogan. Tiga langkah dasar berikut mutlak ditempuh. Pertama, pemerintah harus tegas dan konsisten menonaktifkan polisi, jaksa, dan hakim yang terindikasi korupsi dari pusat ke daerah. Teknokrat baik, jujur, dan professional dapat segera diambil alih posisi mereka. Pembersihan birokrat koruptifadalah kewajiban moral.
Kedua, tanggung jawab masyarakat dalam menyembuhkan kondisi koruptif melalui kerja sama yang sehat dan transparan dengan penegak hokum. Kecenderungan berkolusi dalam bidang kejahatan harus ditinggalakan agar banga kita luput dari penghancuran sistemik. Ketiga, wibawa pemerintah segera dipulihkan dengan membangun kembali ketepercayaan rakyat. Sebuah pasukan pemberantas korupsi yang tak kenal kompromi sangat diperlukan.
Jika prinsip yang benar gagal diterapkan dalam sebuah Negara, maka system pemerintahan tak berada dalam tangan aparatur semestinya. Dalam keadaan seperti ini kehadiran musim semi pembaruan sangat diperlukan.
Xin Nien Kuai Le !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!11
Langganan:
Postingan (Atom)