Rabu, 20 Oktober 2010
DIABETES MELITUS
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian meningkat.Kini, jumlah penderita diabetes di Indonesia semakin bertambah. Tidak hanya orang tua, remaja dan dewasa muda pun ternyata juga diserang penyakit gula.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa.
Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2030.
Peningkatan prevalensi DM menunjukkan pentingnya upaya pencegahan. DM timbul karena faktor keturunan dan perilaku. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan pandemi DM saat ini merupakan cerminan perubahan gaya hidup.
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga dan asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan merupakan faktor yang dapat diperbaiki.
Tidak diragukan bahwa nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya DM tipe-2. Gaya hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta panjangnya angka harapan hidup merupakan faktor yang meningkatkan prevalensi DM.
Berikut ini adalah beberapa anjuran gizi seimbang yang ada kaitannya dengan pencegahan diabetes, antara lain:
1. Makanlah aneka ragam makanan
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif. Oleh karena itu setiap orang termasuk penyandang DM perlu mengonsumsi aneka ragam makanan. Makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
* Sumber zat tenaga
antara lain beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu dan mie. Minyak, margain dan santan yang mengandung lemak juga menghasilkan tenaga. Makanan sumber tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
* Sumber zat pembangun.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sumber yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahannya seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
* Sumber zat pengatur
adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ?organ tubuh.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi harus berasal dari makanan sumber zat tenaga, pembangun dan pengatur. Setiap kali makan baik makan siang maupun makan malam sebaiknya hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah.
2. Makanlah untuk memenuhi kecukupan energi (capai dan pertahankan berat badan normal)
Agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga dan kegiatan lain, setiap orang perlu makan makanan yang cukup enegi, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Kecukupan energi ditandai dengan berat badan yang normal. Oleh karena itu, capai dan pertahankan berat badan yang normal.
Kelebihan gizi terutama makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat menimbulkan kegemukan yang berujung timbulnya DM. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sedang pada orang gemuk dan kemudian dipertahankan dapat menurunkan risiko timbulnya DM tipe 2.
Mempertahankan berat badan normal/ideal sesuai dengan umur dan tinggi badan diperlukan untuk pencegahan DM. Peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi makan adalah cara yang baik untuk penurunan berat badan.
Kebutuhan energi seseorang bergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik, keadaan penyakit dan pengobatannya.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dari kebutuhan energi (pilihlah karbohidrat kompleks dan serat, batasi karbohidrat sederhana yang (refined)
Terdapat 3 kelompok karbohidrat yaitu kompleks, sederhana dan serat.
* Karbohidrat Kompleks (tepung-tepungan)
makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), sagu dll. Makanan tersebut mengandung zat gizi lain selain karbohidrat.
Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama dari karbohidrat sederhana, sehingga dengan mengonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak segera lapar.
* Karbohidrat Sederhana
karbohidrat sederhana alamiah tedapat pada buah, sayuran dan susu. Bahan makanan tesebut selain mengandung karbohidrat, mengandung zat gizi lain yang sangat bemanfaat.
Karbohidrat sederhana yang diproses seperti gula, madu, sirup, bolu, selai, dll langsung diserap dan digunakan tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Gula tidak mengandung zat gizi lain, hanya karbohidrat. Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.
Menurut penelitian, tidak ada hubungan langsung antara asupan gula dengan timbulnya DM tipe 2. Namun, demikian, makanan dengan kandungan gula tinggi sering juga mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.
* Serat
sayur & buahSerat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna. Kelompok ini banyak terdapat pada buah, sayuran, padi-padian dan produk sereal. Susu, daging dan lemak tidak mengandung serat.
Serat terdiri dari 2 jenis yaitu serat larut (pembentuk gel) seperti pectin dan guargum serta serat tidak larut seperti selulose dan bran. Kedua jenis serat ini banyak terdapat pada padi-padian, kacang-kacangan, tempe, sayuran serta buah. Makan cukup serat memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu makan dan penurunan berat.
2. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori
3. Membantu buang air besar secara teratur
4. Menurunkan kadar lemak darah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung yaitu kolesterol dan trigliserida darah.
4. Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat kecukupan energi
Lemak dan minyak dalam makanan berguna untuk memenuhi kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya makanan. Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah sehingga perlu ditingkatkan, sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah perlu diwaspadai karena cenderung berlebihan.
Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner karena lemak ikan mengandung asam lemak omega-3.
Mengurangi asupan lemak, terutama lemak jenuh dapat menurunkan risiko DM. Beberapa contoh sumber asupan lemak jenuh adalah makanan yang dimasak dengan banyak minyak, mentega ataupun santan, lemak hewan, susu penuh (whole milk) dan cream.
5. Gunakan garam beryodium
Konsumsi natrium dalam garam dapur (natrium klorida) yang belebihan dapat memicu terjadinya penyakit darah tinggi. Anjuran asupan natrium untuk penduduk biasanya tidak lebih dari 3000 mg perhari yaitu kira-kira 1 sendok teh yang digunakan dalam memasak.
6. Berikan ASI saja pada bayi minimal sampai umur 4 bulan.
ASI adalah makan terbaik untuk bayi. Pada usia 0-4 bulan, bayi cukup diberi ASI (ASI eksklusif) karena ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat.
Kurang gizi selama awal kehidupan atau bahkan saat di dalam kandungan juga memainkan peranan penting pada timbulnya DM tipe 2 di kemudian hari setelah dewasa, melalui mekanisme resistensi insulin.
7. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Kegiatan fisik dan olahraga bemanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan.
Olahraga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain yang setara.
Kegiatan lain yang bisa dilakukan seperti membiasakan diri naik tangga 2-6 lantai yang secara bertahap dan teratur, walaupun di tempat itu tersedia lift. Kurang gerak atau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes.
Obesitas Ternyata Juga Picu Leukemia
Bagi yang belum mengalami obesitas, sebaiknya mulai dari sekarang mempertahankan pola hidup sehat, sementara bagi yang sudah kegemukan, jangan tunda lagi untuk meninggalkan gaya hidup tak sehat yang selama ini dilakukan. Pasalnya, obesitas tak hanya memicu munculnya masalah kardiovaskular, tapi juga beberapa jenis kanker.
Studi pertama yang menunjukkan bahwa obesitas dapat secara langsung mempercepat keparahan acute lymphoblastic leukemia (ALL) telah dilakukan oleh tim peneliti di The Saban Research Institute of Childrens Hospital Los Angeles dan akan dipublikasikan di Cancer Prevention Research pada 5 Oktober 2010.
Obesitas selama ini memang sudah dikaitkan dengan peningkatan terjadinya banyak kasus kanker, termasuk leukemia, tapi sejauh ini belum diketahui apakah peningkatan kejadian kanker ini merupakan efek langsung dari obesitas atau berhubungan dengan faktor-faktor seperti genetik, gaya hidup, kesehatan atau sosioekonomi.
"Dengan tingginya prevalensi dalam masyarakat saat ini, kami merasa ini merupakan masa kritis untuk menentukan apakah obesitas memang benar-benar menyebabkan peningkatan kejadian leukemia atau karena terkait dengan paparan terhadap hal-hal lain," jelas Steven D. Mittelman, MD, PhD, seorang ahli endokrinologi pediatri yang juga memimpin studi ini.
Mittelman dan kawan-kawan menggunakan diet kaya lemak untuk menginduksi obesitas pada dua tikus yang mengalami ALL. Tikus itu secara acak diberikan makanan kaya lemak atau tidak. Tim peneliti menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko ALL pada kedua tikus itu, terutama pada tikus yang berusia lebih tua. Observasi ini konsisten dengan jenis efek kumulatif yang terlihat pada kanker lain yang terkait dengan paparan, seperti kanker paru yang terkait dengan merokok dan kanker payudara yang disebabkan oleh paparan terhadap estrogen.
Melihat perbedaan pada hewan yang lebih tua juga selaras dengan efek lainnya yang berhubungan dengan obesitas yang disebabkan oleh paparan kumulatif seperti penyakit jantung, diabetes, dan arthritis.
"Temuan kami konsisten dengan data epidemiologi yang menunjukkan tingginya kejadian leukemia pada orang dewasa gendut dan menunjukkan bahwa pengamatan ini sebenarnya terkait dengan obesitas, dan bukan terkait genetik, faktor sosioekonomi, atau gaya hidup," kata Mittelman, yang juga pengajar Keck School of Medicine of the University of Southern California.
"Data tersebut menunjukkan bahwa beberapa hormon atau faktor pada orang yang kelebihan berat badan, yang mungkin dihasilkan oleh jaringan lemak itu sendiri, dapat memberikan sinyal sel-sel leukemia untuk tumbuh dan membelah. Karena leukemia adalah jenis kanker yang paling umum yang menyerang di usia kanak-kanak, pemahaman bagaimana obesitas dapat meningkatkan kejadian leukemia bisa saja memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang penting."
overacTive BLadder
What is the role of medications in treating overactive bladder?
There are several medications recommended for the treatment of overactive bladder. Using these medications in conjunction with behavioral therapies has shown to increase the success rate for the treatment of overactive bladder.
The most common medications (anticholinergics) target to decrease the overactivity of the detrusor muscle. These medications (anticholinergics) should be used under the direction of the physician prescribing them. They may have some common side effects, including dry mouth, constipation, blurry vision, and confusion (in the elderly). Here is a list of the most commonly recommended medications for overactive bladder.
* Oxybutynin (Ditropan) prevents urge incontinence by relaxing the detrusor muscle. This is typically taken two to three times a day (Ditropan XL is extended release, taken once a day). Ditropan patch (Oxytrol) is also available with fewer side effects, but it releases a smaller dose than the oral form. The patch is placed on the skin once to twice weekly and it may cause some local skin irritation.
* Tolterodine (Detrol, Detrol LA) is indicated for the treatment of an overactive bladder with symptoms of urinary frequency, urgency, or urge incontinence. This medication affects the salivary glands less than oxybutynin, thus, it is better tolerated with fewer side effects (dry mouth). Detrol is usually prescribed twice a day, whereas the long-acting type (Detrol LA) is taken only once a day.
* Solifenacin (VESIcare) is a relatively newer medication in this group. It is generally similar to tolterodine, but it has a longer half-life and needs to be taken once a day.
* Darifenacin (Enablex) is also a newer anticholinergic medicine for treating overactive bladder with fewer side effects, such as, confusion. Therefore, it may be more helpful in the elderly with underlying dementia. This medication is also typically taken once a day.
* Fesoterodine fumarate (Toviaz) is indicated for the treatment of overactive bladder with symptoms of urge urinary incontinence, urgency, and frequency. The medication is taken once daily. Common side effects include constipation and dry mouth.
Tricyclic antidepressants (imipramine [Tofranil] or doxepin [Sinequan, Adapin]) are sometimes used in treating overactive bladder, but their exact mechanism for this application is not clear.
Estrogen, either oral or vaginal, may be helpful in conjunction with other treatments for postmenopausal women with urinary incontinence.
Some of the other newer therapies for overactive bladder are still in trial stages and some are occasionally used in special cases. For example, botulinum toxin injection (Botox) into the detrusor muscle of the bladder may be helpful in some patients with urge incontinence who have responded to other more traditional treatments. There are still other medications for overactive bladder in the research stage that may specifically act on the bladder muscles.
Surgery is rarely necessary in treating overactive bladder unless symptoms are debilitating and unresponsive to other treatments. Reconstructive bladder surgery (cystoplasty) is the most common surgical procedure.
Entreprenur
start
Mulai dari sekarang menciptakan ide dan mewujudkannya.
coz ide yang tak terwujud hanya akan menjadi angan-angan belaka.
SimPLeeeee
Jangan terlalu banyak memikirkan resiko, modal, keuangan, tempat,dan tidak ada'a pengalaman. Melakukan apa sekarang yang ada didepan mata.
Self Confident
Percaya diri dalam bertindak
Berani menjual diri dalam arti mengeksplorasi semua kemampuan yang aa da;am diri.
Percaya diri bahwa usaha yang dibangun akan sukseeeeees.
Satisfy
Bangun rasa cinta pada usaha yang dijalankan.
Menciptakan rasa resistensi terhadap tantangan yang ada.
Sabtu, 16 Oktober 2010
Pelangi berkilau di langit jauh
teduh mengambang menjalin untai gerimis
gradasi warna adalah selendang para bidadari
yang menari-nari digelitik angin bukit
dan kamu, yang turun ke lembah jiwaku.
Sungguh indah rahasiamu
semburat merah di wajahmu. Cinta itu. Di senja itu
pohon-pohon waru berebut menjadi bayanganmu
lalu melukisnya di dadaku. Untuk kudekap
agar cinta tak ke mana-mana dari hatimu.
Jangan lagi kaurisaukan
cinta ini selalu hanyut bersamamu
sungai yang mengalirkan kejernihan jiwa
melewati rimba waktu dan padang penuh bunga
aku, yang berakhir di hatimu.
bait cintA dikota baruku
Bulan.
Biar cahaya melukis malam jadi taman. Kubayangkan kau di sini, di pangkuan.
Memetik angin mendawaikan lagu, seirama detak jantung memperjelas rindu. Tiada yang lebih indah dari pemandangan, ketika tatap matamu bersinar di pangkuan. Mungkin kautitipkan kerling matamu pada embun. Kukecup keningmu pada setangkai kuntum.
Jarak. Aku mencintaimu, maka rindu menjadi pertemuan paling indah ketika kamu tak di sisiku. Suaramu musik yang membebaskan aku dari sepi. Gemuruh. Aku dengar ombak di kejauhan, bagai ritmis jantung berdebar memecah sunyi.
Memenuhi teluk hatiku dengan gemuruh laut yang tak pernah henti. Sebab hanya rindu mampu menyempurnakan percakapan kita, yang kadang tak bisa diakhiri dengan ciuman.
Malam lebih panjang.
Memikirkan kamu seorang.
Di balik cerahnya bintang, kaukah mengarahkan kompas hatiku. Untuk kutemukan doamu yang kau titipkan pada langit jauh. Jejak jejakmu menandai setiap kenangan, menciptakan bayangan yang memenuhi lensa mata.
Sungguh, aku rindu padamu.
(".mungkin itu semua hanya pelampiasan kata kata dari kuuuuuu buat kamu yang ada disana...........")
,,,,,,,,''''''''',,,,,,,,,,,,,,,,???????
WINE O'CLOCK
A bead of sweat rolled from my forehead, down my nose and into the greasy orange sink water. I wiped my face with my apron, lifted my baseball cap to cool my head and sighed. As I picked at the food dregs that had coagulated from the sink water onto my arm hairs, I surveyed my domain—the dishpit. It was a mess. The counters were covered with the remains of what, not long before, had been meals. But the dishmachine stood empty. No dirty dishes were in sight. No one yelled: “More plates!” or “Silver! We need silverware!” For the first time in hours, a calm settled over my dishroom. Having successfully beaten back the bulk of the dinner rush, I was caught up and it felt good.
Time for another go-round. On my way to the waitress station, I grabbed an empty bus tub and twirled it on my middle finger—a trick I’d perfected while working at a bagel shop in New Mexico. I lowered the spinning tub from my finger to my cap—a new trick I’d yet to perfect. The tub sputtered from my head and plummeted into the full bus tub that awaited me. A couple plates smashed to the floor.
The crash rang throughout the restaurant and was followed by a shocked hush from employees and customers alike. I, too, observed the moment of silence for the departed plates. But I wasn’t sad to see them go. If dishes had to break—and they did have to—then it was best to break the dirty ones rather than the plates I’d already worked to clean.
In some Illinois cemetery, Josephine Cochrane was spinning in her grave. She was the 1880s socialite who’d grown fed up by her servants breaking her precious china as they washed it by hand. Cochrane presumed that by reducing the handling, there’d be far less breakage. So she invented the motorized dishwashing machine. Her contraption became an instant hit with large restaurants and hotels in Chicago. Even the machine I was using at this place—a Hobart—was a direct descendent of Cochrane’s. But now, more than a century since the introduction of her innovation, human dishwashers—particularly this one—were just as cavalier about dish breakage as they’d been back in Cochrane’s day.
As I looked down at the wreckage at my feet, the boss-guy charged around the corner wide-eyed with his hand clutched to his chest as if he’d been shot.
“Plates fell,” I said.
“Again?” he sighed. “Try to be more careful, Dave.”
Six weeks earlier, when a fellow dish dog had tipped me off about this gig—an Austrian-themed inn at a ski area in Vermont’s Green Mountains that came complete with room and board—I was immediately intrigued. I’d pictured myself isolated in the mountains and hibernating through the winter at this job while getting caught up with my reading, saving up some money and crossing yet another American state off my list. When I called about the job from Wisconsin, the boss-guy assumed that if I wanted to come all that way to dish in a ski area, then I must’ve been a ski nut.
“No,” I told him. “Actually I don’t ski.”
That made him suspicious. He then asked, “Do you have long hair?”
“Not anymore,” I said.
“Okay,” he said. “If you can get here by next week, the job’s yours.”
I rode the bus most of the way and hitchhiked the rest and when I arrived, the boss was no longer suspicious. I was willing to dish and that was enough for him. In fact, he gave so little thought to me that by the second day, he started calling me by the wrong name.
“And Dave, clean it up,” he said, looking at the broken plates on the floor.
I’d never bothered to correct him.
“All right,” I said.
When he turned and walked back to the dining room, I kicked the debris under the counter and headed back to the dishpit with the full bus tub.
While unloading the dirty dishes, I mined for treasure in the Bus Tub Buffet. The first find was fool’s gold—a half-eaten schnitzel. I couldn’t blame the diner who’d left the second half uneaten. It was the place’s specialty, but it wasn’t very special. I snobbishly passed on it as well and continued excavating.
I unearthed more dishes and then struck pay dirt: some garlic bread and remnants of crème brulée. I smeared the crème brulée on the garlic bread and scarfed it down. Scrumptious, said my taste buds. Queasy, countered my stomach. The gut had a point. Bus Tub Buffet? More like Bus Tub Roulette: you win some, you lose some. So far I was losing.
As I was guzzling water from the tap, the call went up in the adjacent kitchen: “Wine o’clock! Wine o’clock!”
I looked at the clock. Indeed, it was already wine o’clock.
Dick, one of the cooks, entered the dishpit with a grin on his face and a jar in each hand. He handed me a jar and held up the other in a toast.
“Wine o’clock,” he said.
“Wine o’clock,” I repeated.
We clinked jars and then downed their cooking sherry contents. Wine o’clock was eight o’clock—an hour before closing time and an occasion observed by the cooks with rounds of sherry. Closing time—nine o’clock—was celebrated in a similar fashion except with shouts of
Selasa, 05 Oktober 2010
Tanpaa makna
Kesunyian yang aku rasakan tak mampu kupahami
Penantian yang kutunggu tanpa tau apa yang aku tunggu
Kegelisahan dalam jiwa yang tak mampu kumengerti
Entah apa yang kurasa
Sungguh tak dapat kupahami.
Kesejukan jiwa yang ingin kurasakan
Tanpa mengetahui ada dan tiada apapun
Cinta,kasih sayank tak mampu saat ini aku rasakan
Jiwa dan raga berkecamuk
Dalam perasaan sunyi dan senyap
Ketegaran yang selama ini kupunya
Tanpa ada maknanya..
Ketabahan yang ada membuat semuanya hilang..
Tanpa ada perasaan dihati ini
Yang terbelenggu oleh ketakutan
Apakah ada cinta sejati ?
Sungguh tak dapat kupahami
Begitu juga dengan dilema kehidupan
Semuanya maya dan palsu
Kehidupan tanpa adanya keabadian
Asa dan semuanya menjadi stu..dan hilang !
Kau selalu setia menemaniku
Memelukku disaat bimbang
Mendoakanku siang dan malam
Perjuanganmu begitu berarti bagiku
Kau yang merawatku
Yang tak pernah lelah membimbingku
Walau aku sering membuat
Sungai – sungai yang mengalir deras
Membelah wajah lembutmu
Walau aku sering membuatmu
Kecewa karena sikapmu
Namun cinta kasihmu
Tetap tercurah menemani hari – hariku
Mengiringi langkah kakiku
Wajahmu sebening tetesan embun pagi
Hatimu putih suci
Seputih awan yang berarak ceria
Menghiasi keindahan lazuardi
Tak terbayang ENAM TAHUN sudah kin kau pergi
Meninggalkanku yang
Terombang ambing arus duniawi
Mama……
Cintamu lebih dari segalanya
Sejak saat aku masih dalam kandunganmu
Istilah eksekutif sering melahirkan konotasi status, wewenang, tanggung jawab, kekuasaan dan semacamnya. Begitu pula untuk jabatan sekretaris eksekutif. Seseorang dengan jabatan eksekutif, termasuk sekretaris eksekutif telah akrab dengan berbagai macam persoalan yang bersumber dari tugas yang dibebankan kepadanya. Baik beban karena jabatan ditempat kerja, beban kerja karena jabatan di organisasi-organisasi luar yang mungkin berhubungan dengan jabatan di kantor ataupun tidak, beban tanggung jawab keluarga maupun beban sosial tertentu di masyarakat bertolak dari kedudukannya.
Di dalam sistem nilai masyarakat eksekutif tidak dapat bersikap dan berperilaku seenaknya sendiri. Bagaimanapun keadaannya masyarakat mengaharapkan agar seorang eksekutif akan selalu rasional, bersikap bijak dan selalu mengendalikan perasaan.
Beban moral adalah konsekuensi jabatan. Dengan menduduki jabatannya seorang eksekutif mempunyai beban moral untuk memenuhi kualifikasi tertentu yang berkaitan dengan tanggung jawab atas tugasnya dan jabatan yang dipercayakan kepadanya. Seorang sekretaris junior misalnya harus mengalami dulu masa pendadaran melalui berbagai macam pelatihan dan pendidikan, sebelum sepenuhnya menjadi seorang sekretaris eksekutif. Dalam masa pelatihan sekretaris junmior belajar mengenali dan memahami segala macam aspek jabatan sebagai sekretaris. Dalam masa orientasi pengenalan dan pemahaman tugas tersebut dapat melalui pelatihan dan pendidikan yang diprogramkan atau melalui pengembangan diri berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama masa pengenalan dan pemahaman tugasnya sebagai seorang sekretaris.
Pada masa sekarang diharapkan sekretaris memahami bahwa setiap aspek jabatan mempunyai beban tertentu seperti waktu, penyelesaian tugas dengan baik, menerapkan metoda atau prosedur tertentu dan mempengaruhi orang lain. Setiap tugas yang diselesaikan dengan baik akan menghasilkan kepuasan dan menghilangkan beban yang dibawa tugas tersebut. Tugas-tugas yang tidak terselesaikan secara tuntas akan mengakibatkan adanya rasa tidak puas yang pada akhirnya menimbulkan stress.
Cara seseorang bereaksi terhadap suatu masalah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Masalah yang sama juga akan memberi akibat berbeda bagi individu yang berlainan. Begitu pula cara mengatasi masalah tiap-tiap individu satu sama lain akan berbeda. Pengertian sehari-hari beban kerja tersebut dikenal dengan istilah stress. Stress dapat berdampak positif maupun negatif. Individu yang dapat memberikan reaksi positif terhadap stress diwujudkan dengan penyesuain diri terhadap situasi yang ditimbulkan. Kemampuan menyesuaikan diri akibat stress akan membentuk pribadi yang mantap dan matang. Dengan kematangan dan kemantapan pribadi akan meningkatkan produktivitas pada bidang usahanya, menyerasikan hubungan sosial pada hubungan universal, dan bertambahnya rasa senang dan tenteram. Sebaliknya jika stress membawa reaksi negatif, akan menimbulkan gangguan-gangguan pada pribadinya dan akibatnya akan menurunkan produktivitas kerjanya disamping akan menekan segala perasaan yang berakibat fatal dalam membina karirnya. Seseorang yang stress di tempat kerja sangat umum kalau kemudian mencari kehangatan di dalam keluarganya dengan cara makan bersama di restoran atau pergi piknik. Hal semacam ini dilakukan untuk mencari keseimbangan antara kesibukan karena beban kerja dengan keserasian dalam membina keluarga.
Dalam kegiatan sehari-hari seseorang terlibat dalam pekerjaannya dan berbagai macam persoalan timbul. Persoalan tersebut berkaitan dengan lingkungan kerja. Sebagai seorang sekretaris harus mampu menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik agar dapat mengurangi timbulnya stress. Sebenarnya salah satu penyebab seorang eksekutif dapat terkena stress ialah karena ia menjadi manager puncak. Sebagai manager puncak ia harus bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, bukan kepada orang lain atas segala sesuatu yang diputuskan dan dikerjakan. Apabila ia masih dapat bertanggungjawab kepada orang lain berarti ia masih berlindung kepada orang lain dengan cara minta pendapat atau nasehat atasannya. Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang eksekutif yang matang dalam pandangan, emosi, sikap, tindakan dan pengambilan keputusan diperlukan pengalaman.
Stress merupakan akibat dari kelebihan beban kerja, fisik maupun psikologis. Bentuk teringan akibat stress ini adalah timbulnya rasa jenuh. Selain itu menurunnya ketahanan fisik sering menimbulkan gejala yang aneh seperti hilangnya semangat, acuh tak acuh, sering lupa dan sebagainya. Akibat lain adalah timbulnya penyakit jantung yang banyak diderita oleh para pejabat.
Cara untuk meringankan akibat stress adalah sebagai berikut:
1. Perlu mengadakan hubungan interpersonal yang dapat mendorong semangat. Beban berat yang melampaui kemampuan perlu ditampung bersama orang lain. Untuk mengurangi ketegangan seorang eksekutif dapat berolahraga atau piknik. Kehangatan hubungan interpersonal sangat berarti sebagai pendorong untuk mengurangi keadaan stress.
2. Mempelajari dimanika organisasi yang menjadi sumber stress dan mencoba mencari jalan keluar. Miksalnya wewenang atau tanggung jawab yang kurang jelas harus diperjelas, instruksi yang selalu disalahtafsirkan oleh bawahan harus dicari penyebabnya. Terlalu banyak atau sedikit tugas juga dapat menjadi sumber timbulnya stress. Mencari cara kerja baru yang lebih efektif merupakan cara lain untuk memecahkan persoalan. Perubahan semacam itu dapat menghilangkan rutinitas atau sifat menonton suatu pekerjaan. Dunia di luar kita selalu berubah dan kita dan dalam batas kemampuan masing-masing harus mengikuti perubahan-perubahan tersebut.
3. Menjaga kondisi baik fisik maupun psikis. Dengan makan bergizi baik maupun kebiasaan berdisiplin untuk bekerja maupun banyak bersantai berguna dalam menghadapi stress. Cara kita bereaksi terhadap stress juga perlu diperhitungkan.
Pada dasarnya tidak dibatasi sikap menghadapi stress. Seorang eksekutif harus menyadari bahwa bukanlah situasi stress yang merugikan, tetapi cara orang bereaksi terhadapnya. Banyak orang mengalami stress yang sama, tetapi akibatnya berlainan. Hal ini karena pengalaman mereka masing-masing berbeda. Setiap eksekutif harus memahami kemampuan pribadi masing-masing.
Untuk mengalihkan kejenuhan dan ketegangan perlu istirahat bersama keluarga. Stress yang dapat menimbulkan berbagai akibat, perlu dipelajari sebab-sebabnya untuk selanjutnya dapat dikendalikan. Dengan cara pengendalian diri inilah hidup menjadi tenang dan yang paling penting, stress dapat dihilangkan.
Sesungguhnya orang berakal itu
sabar atas penderitaan
Dihadapinya penderitaan itu
dengan berani dan tekun
dan berusaha dengan tenang
Untuk menanggulangi penderitaan
dan menolak bencana
Adapun orang bodoh
ia selalu takut
akan segala musibah yang menimpanya
sekalipun hanya kecil saja
Ia beranggapan bahwa
ia tidak mampu mengatasinya
dan tidak sanggup menolaknya
karenanya ia tidak bisa terlepas
dari padanya
dan tidak kuasa lari dari penderitaan itu
untuk menuju ke jalan
yang terjamin kebaikannya
sabar atas penderitaan
Dihadapinya penderitaan itu
dengan berani dan tekun
dan berusaha dengan tenang
Untuk menanggulangi penderitaan
dan menolak bencana
Adapun orang bodoh
ia selalu takut
akan segala musibah yang menimpanya
sekalipun hanya kecil saja
Ia beranggapan bahwa
ia tidak mampu mengatasinya
dan tidak sanggup menolaknya
karenanya ia tidak bisa terlepas
dari padanya
dan tidak kuasa lari dari penderitaan itu
untuk menuju ke jalan
yang terjamin kebaikannya
Rabu, 29 September 2010
mimmmP!!!!!!!xxxuuu
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa mewujudkan impian itu tidak gampang. Walaupun tidak harus selalu semua hal dibuat susah.
Tapi umumnya, untuk mewujudkan sebuah impian butuh proses panjang, berliku, harus melewati kerikil-kerikil tajam, terjal dan harus membiasakan diri bersahabat dengan ketidakpastian. Mereka yang sudah mengecap nikmatnya hasil keringat terbaiknya, selalu mengatakan bahwa mewujudkan impian harus penuh kesabaran dan siap berproses.
Inilah tantangan kita sepanjang zaman. Bagi yang sering mempelajari kisah-kisah tokoh, tentunya paham betul makna kesabaran. Salah satu contoh buku yang menceritakan kesabaran adalah buku karangan Kick Andy (dalam buku 7 Heroes). Bagi saya, Kesaksian hidup Wanhar Oemar dan ’Suster Apung’ sungguh menginspirasi tentang kesabaran. Saya menyimpulkan dalam pekerjaan apapun, kesabaran sangat diperlukan.
Cerita lain yang tak kalah seru adalah novel Frankenstein karangan Mary Shelley. Dalam buku ini dikisahkan tentang seorang pemuda dari Jenewa, Swiss, namanya Victor Frankenstein. Dia bertumbuh dan menjadi mahasiswa di kampus Ingoldstadt, Italia. Sejak hari pertama kuliah, dia menyukai kimia. Mr Waldman adalah guru favoritnya.
Kecintaannya pada kimia menginspirasinya untuk mencari tahu darimana datangnya kehidupan. Karena impiannya itu, ia rela melakukan penelitian di laboratorium setiap saat. Kadang ia tinggal semalaman di sana sampai bintang-bintang menghilang dari langit. Ia membaca buku-buku, memahami banyak hal dan melakukan percobaan sebanyak mungkin. Ia ingin menciptakan kehidupan. Karena terlena dengan impiannya itu, selama dua tahun ia bekerja keras, sampai-sampai lupa berinteraksi dengan keluarganya dan tidak pernah pulang kampung.
Ia pun terus bekerja. Hari-hari dilaluinya di dalam laboratorium, berteman dengan peralatan lab dan bau obat-obatan khas sebuah laboratorium, bersahabat dengan kesepian. Namun, sungguh mengharukan ketika ia harus terus bekerja meski sudah kelelahan, dan matanya sudah terasa berat tetapi semangat kerja kerasnya tak mengendur hingga iapun jatuh sakit.
Bagi kebanyakan orang, kesabaran dan kerja keras adalah hal yang amat sulit untuk dilakukan. Tidak begitu dengan Frankenstein. Ia tidak menyerah. Perjuangannya mewujudkan impiannya sungguh luar biasa. Sekalipun, tak jarang rasa frustrasi menghampiri saat menghadapi jalan buntu dan tiada kawan yang membantu. Mungkin yang paling mengerikan adalah saat ia merasa bahwa orang lainpun menganggapnya aneh, seperti alien, termarjinalkan dan tidak dimengerti masyarakat. ia dianggap sampah, kesepian, terpuruk, apalagi ketika hasil kerja kerasnya itu belum menampakkan titik terangnya sama sekali.
Ide menciptakan kehidupan dianggap konyol. Maka tak jarang, karena sebuah ide, kitapun akan ditertawakan, dipandang remeh orang lain. Dan untuk memperjuang impian itu, kita harus mengorbankan banyak hal dalam hidup kita, mulai dari masa-masa muda, materi, energi dan waktu bersantai kita. Seperti membaca sebagai sebuah investasi, berpikir sebagai latihan, menulis sebagai sarana menata pemikiran dan doa sebagai media pengharapan yang menguatkan jiwa dan memuaskan kerohanian kita.
Singkat cerita, pada akhirnya Victor Frankenstein berhasil mewujudkan impiannya, menciptakan kehidupan (meskipun cerita akhirnya berakhir buruk karena tercipta sasuatu yang disebut ’monster’). Tetapi, belajar kesabaran dari novel ini tentu tidak ada salahnya, justru banyak hikmahnya.
Kesabaran, tak lepas dari kekonsistenan. Tidak plin-plan, tidak terbawa arus sekalipun segala sesuatu yang ditawarkan oleh lingkungan sangat menggiurkan atau menjanjikan. Kekonsistenan menuntut keberanian mengambil resiko. Karena, barangkali sesuatu yang berharga, yang menurut kita adalah segala-galanya, namun bagi orang lain itu tidak ada apa-apanya dan segala sesuatu yang menurut orang lain adalah segala-galanya, belum tentu segala-galanya bagi kita.
Di sinilah terjadi rentang yang jauh antara keinginan kita dengan kehendak orang lain, kemauan kita dan kemauan orang lain yang tak mungkin bisa dirasionalkan. Maka ketika sebuah keputusan telah diambil, maka kita harus siap menanggung segala resikonya. Sebab keputusan yang telah kita ambil itu sifatnya mengikat. Di sinilah kesabaran menjadi pertaruhan.
Konsisten pada apa yang telah kita tetapkan benar dan terbaik mengantar kita untuk berani keluar dari standarisasi masyarakat (yang bagi kebanyakan orang dianggap bukan kelaziman). Karena untuk mendapatkan yang terbaik butuh kerja keras dan cucuran keringat kesungguhan. Pahami bahwa apa yang terbaik hanya dapat diperoleh dengan kerja keras (smart) dan kreativitas orisinal. Dalam keadaan menghasilkan kreativitas, setiap orang butuh pasokan motivasi dan inspirasi yang luar biasa untuk bisa terus berproses dalam mewujudkan impiannya.
Berproses
Syarat kedua untuk mewujudkan impian kita adalah siap bayar harga. Karena impian itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kita, maka apapun ceritanya mewujudkannya butuh proses yang siap menghadapi berbagai kekecewaan. Untuk bisa berdiri di atas bukit tanpa ada cacat, tentulah butuh pendakian yang telaten, gigih dan memiliki semangat menaklukkan alam. Ketiga sifat diatas hanya bisa diperoleh dari kemauan dan kesiapan berproses dalam hidup. Dalam banyak hal, kita harus membiasakan diri akrab dengan rasa sakit karena kekecewaan yang menyayat sebagai latihan jiwani dan sakit fisik sebagai latihan badani. Karena mewujudkan impian membutuhkan keberanian "membayar harga".
Berproses mewujudkan sebuah impian, selalu ada harganya. Maka izinkanlah proses itu membentuk kita secara alami. Proses adalah bagian kehidupan yang amat berarti sekalipun kadang menyakitkan. Sebab siapa berani bertaruh bahwa gagal itu tak ada artinya, bila ia menjalani segala sesuatu dengan berproses? Siapa berani menjawab bahwa keberhasilan jauh lebih baik dari kegagalan, jika itu dilakukan dalam sebuah proses hidup mewujudkan impian?
Belajar dari kisah Franskenstein diatas, untuk mewujudkan sebuah impian, kita butuh kesabaran, kemauan berproses dan siap bayar harga, meskipun lingkungan sekitar kita memandang sebelah mata impian dan cara kita meraih impian tersebut. Bukan hanya orang lain, teman dekat kita barang kali, keluarga, bahkan orang tua kita sendiri. Bahkan, sangat mungkin impian kita tidak ada harganya dimata mereka. Sekalipun, lingkungan tidak mendukung kita, keterbatasan sarana dan prasarana kerap menjadi penghalang, namun jangan sampai kita melepas impian kita itu. Yakinkan hati kita, suatu saat kelak, semua proses itu akan terbayar, dan jerih payah kita tidaklah sia-sia. Selamat mengejar impian, Tuhan memberkati.**
love love love
Dicuekin, merasa g’dianggap, dan merasa cintaku bertepuk sebelah tangan, karna selama ini walaupun hubungan kami dah seperti sepasang kekasih, tapi belum ada kata jadian, belum ada kata-kata cinta yang keluar dari mulutnya, paling hanya kata sayang, dan walaupun bener aku mencintainya, sangat nggak mungkin untukku bilang cinta duluan. Sehingga perasaan ne kutahankan saja, hingga pada akhirnya aq sampai pada titik lelah….
Aq butuh kepastian, namun kepastian itu tak kunjung kudapatkan walaupun dah hampir setengah tahun. Waktu yang dah
lebih dari cukup untuk melakukan penjajakan…Malam itu, karna g’tahan lagi, aq ngomong ke dia, lau aq mo ngelupain dia, g’mo ngubungin dia ge, n aq minta dia tuk bikin agar aq benci ma dia. Dia menolak tanpa menanyakan apa alasanku berbuat demikian, sebenarnya aku pengen dia menahan aq agar tetap berada disisinya, aq pengen dia bilang law dia g’mo jauh dari aq… n bilang…. Tapi yang kudapat cuma anggukan pertanda setuju darinya. Hari-haripun berlanjut tanpa dia, dan sebenernya aq pengen dia yang ngubungin aq duluan, tapi harapanku sia-sia.
Sampai akhirnya aq mendekati cowok lain, berawal dari nanyain akun FB
beliau, balas-balasan komen, chatingan, dan akhirnya smsan dan
telponan. Hari pertama tau FB dia, hari kedua kami chatingan dan
SMSan, hari ketiga Telponan dan dia ngirim pesan panjang tentang siapa dia, yang cukup menjawab pertanyaanku selama ini. Hari berikutnya, dia nanyain kesediaan aq bwt jadi pacarnya lewat telpon, dan terjadilah sebuah komitmen antara kami berdua. Malam besoknya dia datang, nembak aq secara langsung dengan adegan yang menurutku cukup romantis sehingga membuatku terkesima dan hanya mampu mengangguk iya. Entahlah…
Aq mengawali sebuah hubungan tanpa perasaan yang mendalam, hanya
sebatas suka, diawal hubungan aq masih sering kepikiran cowok impianku kemaren, tapi apa hendak dikata, mungkin dia bukanlah ditakdirkan untukku. Perlahan tapi pasti akhirnya aku bisa juga ngelupain dia. Dan aq pun ngerasa semakin sayang ma Pacarku itu. Semakin mengenalnya, aq semakin mencintainya, sehingga sampai-sampai aku pernah bilang ma sahabatku, lw sekarang aq disuruh milih Pacarku yg sekarang tw cowok impianku dulu, maka aq bakal milih pacarku yang sekarang. ternyata dia punya seseatu yg g’dimiliki oranglain, walaupun dia teramat cuek.
Tapi perasaan itu g’bertahan lama. Semenjak aku ngelihat state si
cowok impianku tersebut yang berisikan dia lagi terbaring di rumah
sakit dan diinfus, aq jadi g’tenang, pengen banget t’ngubungin dia,
tapi egoku masih terlalu besar t’ngelakuin itu. Sampai suatu malam,
aku ge kesal ma Pacarku karna dia nyuekin aq, hingga akhirnya aq malah nekat ngubungin cowok impianku tersebut, wlwpun hanya sekedar SMS tanyain kabar dia. Dan akhirnya diapun nelponin aq, sampai lewat tengah malam, kamipun masih asyik telponan, begitu banyak hal yg terjadi yang patut diceritakan, baek dari dia maupun aq. Aq gerasa bersalah banget ma dia, g’seharusnya aq bersikap kek kemaren.
Dia dalam kesulitan, tiba2 aku menjauh dari dia, sampai2 dia sakit dan
dirawat di rumah sakit yg g’jauh dari kediaman aq, jangankan
t’menjenguk, nanyain kabar dia ja aq g’da…. Semenjak malam itu, kami
dah kek dulu lagi. Entah kenapa aq ngerasa dia mbutuhin aq. Dan aq
juga ngerasa bersalah ma pacarku… Aq memang benar2 ge bingung…. Aq g’tau, sebenarnya aq cinta siapa????
cita citaXuuuuuuuuuu
Melihat kasus yang baru saja bisa diselesaikan lewat bantuan beberapa pihak dan itu terjadi diluar negara kita saya berkesimpulan bahwa sesungguhnya KASUS CINTA-ASMARA ternyata mampu menggedor dinding pembatas antar dua negara. Kisah yang diceritakan W. Sheakspears berulang (ROMEO & JULIET) hanya saja berbeda sedikit, kisah cinta murni yang terhalang antar keluarga yang bermusuhan secara bebuyutan, untuk membuktikan cintanya sang pangeran rela mati (minum racun bunuh diri) dan ternyata Juliet tetap sehat segar dan hidup (hanya mati suri ketika itu).
Kisah yang berlatar-belakang cinta memang umumnya menarik, apalagi dengan setting kerajaan (Pangeran) yang selalu menawarkan impian dan juga harapan. Dan impian ternyata bukan harapan dan kenyataan. Sementara kenyataan cenderung selalu kita hindarkan. Jarang sekali orang mau dan rela menerima adanya sebuah kenyataan. Orang selalu takut pada kenyataan.
Demikianlah, ketika seseorang berharap dari impiannya, dan manakala mimpi itu datang menawarkan berjuta fantasi lengkap dengan segala pernak-perniknya, seseorang itu pasti akan melenguh tak berdaya. Melayang-layang diangkasa raya, lupa turun kedunia nyata, dan asyik sendiri dimenara gading. Itu hanya sekedar illustrasi dari dongenng tentang pangeran dan putri, tentang raja dan putra mahkota, tentang rakyat jelata yang ingin jadi putri/raja dijaman dongeng itu berlangsung.
Indonesia bukan kerajaan, tetapi sebuah republik dimana didalamnya ada beberapa kerajaan (jaman dahulu) yang tentu saja berbeda dengan kerajaan lain dimancanegara. Kerajaan diluar agaknya masih menawarkan gemerlapnya mutu-manikam, kekuasaan, disanjung dipuja, bermahkota berlian, dll. Dongeng yang sering kita dengar sebelum bobo dari masa kanak-kanak terekam diotak kita dan menciptakan imej tersendiri tentang kehidupan sebuah kerajaan dengan Raja/ratu/pangeran/putrinya.
Cinta adalah sesuatu yang manusiawi dan luhur. Cita-cita merupakan keharusan setiap pribadi untuk memilikinya. Dan asmara merupakan hal yang sulit didefinisikan, karena bersifat nonphisik, merupakan luapan emosi kegairahan sanubari yang setiap orang (laki-perempuan) memilikinya. Jika seseorang mulai jatuh cinta, kemudian menerimanya, pastilah sebelumnya sudah ada transaksi (tawar-menawar) dg dirinya didalam hati. ‘Diterima’ atau ‘Tidak’ kalau tidak bukan masalah karena lewat begitu saja, namun ketika menerima maka rentetan peristiwa akan tersusun didepan yang pasti akan dijalaninya (lengkap dengan segala konsekuensi-konsekuensinya).
Dan cita-cita, tak jarang meleset dari sasarannya, saat cinta itu sendiri sudah melindasnya. Semula barangkali bercita-cita jadi Pramugari, Artis, Public Figure, dll. Tapi keinginan itu terhenti karena ada seorang pangeran jatuh cinta. Dongeng sebelum tidurpun terjadi. Dirinya dijadikan mempelai seorang pangeran (diharapkan seperti cerita yg ada dalam dongeng) yang serba kecukupan, dimanja, dipuja rakyatnya, bermahkota berlian, erbadan penuh perhiasan, dll.
Racun yang paling mempengaruhi dalam diri manusia adalah Asmara (bagi yg menyalah-artikan), karena asmara yang membahana dan meluap-lupa maka lupalah seseorang akan siapa jati diri sebenarnya. Self controlnya tidak lagi terkendali. Hanya kesenangan dan kebahagiaan yang dicari. Namun kesenangan dan kebahagiaan itu bersifat semu dan sementara. Sehingga sampai kapanpun kesenangan dan kebahagiaan itu tidak akan pernah tercapai (selalu kurang). Karena bumi bukan bulat panjang, bulat lonjong, melainkan bulat bundar maka perjalanan hidup ‘dari itu ke itu’ lagi. Maka sampailah seseorang pada batas ‘kembali ke masa-lalu’ yang dianggapnya lebih riel, lebih manis, lebih hakiki yaitu: Siapa Aku Sesungguhnya? Bukankah aku lahir dan dilahirkan dari masa kanak-kanak yang bahagia?! Dan masa kanak-kanak itu dimana, bukankah disitu sesungguhnya letak bahagia?!
Sebuah kisah yang ‘happy ending’ baru-baru ini telah kita saksikan bersama, yang sebelumnya banyak lika-likunya, banyak konfliknya, banyak perjuangannya dan bagaimana seseorang bertahan dalam ketidak-berdayaannya. Kisah yang sebaiknya cukup sekali itu saja (perhatikan pula para TKW) dan jangan sampai terjadi pada siapapun juga.
Saya jadi ingat lirik lagu Pance yg kurang-lebih begini: Berdua kita lalui, perjalanan dan liku hidup ini, tahun-tahun pertama masih kurasa lembut asmaramu… Hari-hari berganti, kebimbangan terkadang hadir mencengkram, mungkin kau mulai bosan, ataukah memang takdirku begini….
Kepada Kaum Hawa Nusantara, jadilah dirimu sebagai Ibu Pertiwi!
Curahaan Hatiiiii Soreeeee
hemzzzz,
garing banget ax hari ini......
ax kangen sama alumni smk teruna Jaya 1 Gunuuuungkidul...... ax kangen berat sama mereka,,,,,'''''.
buat temen temen yang udah mau mampir ke my blogspooooot thank you banget yaaa......
jangan pernah bosen bosen yaaaa ngeposin komentar .........
ha ha ha......
(emankkk adaaaaaaa )
waduhhhh jaaan ax memang garing banget hari iniiiiii...... gak tau mau ngerjain apaaa'n .
hemz,,,,,,,,, besok musti berangkat kuliah pagiiii lagiiiii......
untung'a jadwal besok di Kampus G2 jadi'a gak perlu repot antreeee macet di deket pasar cipuuulir......... hemz,,,, besokkkkk rencana'a mau berangkad mepet waktu ajaaah... gak enak tauuuuu berangkat musti on timeeeeeee.......
loveeeeeee
Gulungan kertas itu dibuka Ikal dengan berdebar. Penulisnya adalah detektif swasta M. Nur yang eksentrik. Isinya, menyatakan keprihatinan atas patah hati yang dialami Ikal. M. Nur mengaku memiliki informasi soal pria perebut kekasih Ikal. Yang menarik hati Ikal, sang detektif menyisipkan nama Jose Rizal. Siapa dia? Ternyata nama merpati yang mengantar gulungan surat. Nama yang lebih bagus ketimbang orang Melayu mana pun.
Inilah bagian dari petualangan baru Ikal dalam novel teranyar Andrea Hirata. Berbeda dengan tetralogi yang diluncurkan satu demi satu, kali ini Andrea mengemasnya dalam dwilogi yang menjadi satu buku sekaligus: Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.
Sedikit banyak, dwilogi ini masih berhubungan dengan empat novel sebelumnya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Empat karya yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan sejumlah bahasa Eropa lain seperti Jerman dan Belanda. Juga dalam bahasa Asia seperti Cina, Jepang, dan Vietnam. Kesuksesan yang menempatkan Andrea sebagai novelis yang go international.
Novel pertama, Padang Bulan, misalnya, menceritakan lanjutan kisah cinta Ikal dengan A Ling. Gadis Tionghoa ini menjadi cinta sejati Ikal sejak kecil seperti diceritakan dalam Laskar Pelangi, sampai ayah Ikal menolak merestui hubungan keduanya dalam tetralogi terakhir. Maka diceritakan Ikal minggat dari rumah. Belakangan, Ikal menerima informasi soal perjodohan A Ling dengan Zinar, pria Tionghoa yang diceritakan mirip bintang film Hongkong.
Jadilah Ikal yang dikuasai cemburu berusaha merebut A Ling. Lucunya, upaya perebutan ini bukan dengan melakukan hal-hal yang biasa. Tapi justru melalui berbagai lomba di kampung yaitu catur, voli, tenis meja, dan sepak bola. Bahkan Ikal sampai membeli peralatan peninggi badan supaya A Ling mau kembali.
Perjuangan yang luar biasa. Kadang tak masuk akal dan berlebihan. Tapi inilah kehebatan seorang Andrea: meramu cerita biasa menjadi tak biasa-biasa saja. Lupakanlah logika sejenak karena novel ini memang fiksi. Dengan membaca santai, kita bisa semakin merasakan betapa romantisnya ternyata seorang Ikal. Perjuangan cinta yang sangat layak dinikmati. Bahkan sangat mungkin kita menjadi bagian dari cerita itu sendiri.
Padang Bulan juga menceritakan kehidupan awal Maryamah binti Zamzami alias Enong yang begitu pahit. Bagaimana seorang perempuan kecil berjuang menghidupi keluarganya. Kehilangan ayah, ditolak bekerja, sampai harus menambang timah. Sesuatu yang tak terduga jelas telah dihadirkan oleh Andrea melalui sosok Enong yang ingin sekali menjadi guru bahasa Inggris. Andrea jelas mampu mengaduk-aduk emosi pembaca.
Sama seperti tetralogi, Andrea mampu memikat pembaca untuk segera menyelesaikan 254 halaman Padang Bulan dan melanjutkannya ke 270 lembaran Cinta di Dalam Gelas. Ikatan ala Andrea ini sudah muncul sejak mozaik pertama yang menceritakan kematian Zamzami. Gebrakan cerita yang langsung mengharukan pembaca dan memancing untuk membuka lagi dan lagi lembaran berikutnya.
Adapun novel kedua lebih banyak menceritakan lanjutan hidup Maryamah, dari perkawinannya yang gagal dengan Matarom, hingga mengikuti kejuaraan catur. Kita bisa menikmati perjuangan Maryamah yang luar biasa. “Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar,” kata Enong yang tak lulus sekolah dasar itu. Enong bahkan sampai belajar dari Grand Master Ninochka Stronovsky.
Krakter tiap tokoh dalam novel ini mampu dihadirkan Andrea dengan cukup kuat. Kadang dalam cerita yang singkat, kadang bertele-tele meski tetap mengasyikkan dan mengalir. Yang pasti, Ikal dan Maryamah menjadi tokoh utama yang selalu dibantu M. Nur dan Jose Rizal. Tak lupa Andrea memasukkan tokoh yang sudah ada sebelumnya seperti si jenius Lintang meski hanya sebentar tampil.
Karakter pendukung lainnya juga tetap hidup dan tak sekadar menjadi figuran tanpa makna. Misalnya, paman Ikal yang pemarah tapi juga murah hati, kerap memaki pemerintah tapi sedetik kemudian bisa berubah memuji-muji pemerintah. Pembagian cerita (mozaik) yang digunakan Andrea turut mendukung pembangunan karakter ini. Kadang runtut, kadang sedikit membingungkan.
Inilah kemampuan Andrea menunjukkan kehebatan yang terpendam dalam diri manusia, kemampuan yang kadang tak dikenali atau dipahami orang itu sendiri. Andrea juga mampu memberi gambaran perspektif politik masyarakat kampung; bagaimana manusia bercinta dengan kepahitan hidup; dan menyindir dengan gayanya yang khas seperti pada novel-novel sebelumnya.
Chloe Meslin dalam pengantarnya menilai Andrea mampu menyuguhkan watak manusia yang penuh kejutan, sifat unik komunitas, parodi, cinta melalui penulisan yang membuka pintu baru bagi pembaca. Termasuk untuk melihat budaya, melihat diri sendiri, dan memahami cinta, hubungan keluarga, dan religi dengan cara yang tak biasa. “Keindahan kisah, kedalaman intelektualitas, humor dan histeria kadang-kadang, serta kehati-hatian sekaligus kesembronoan yang disengaja telah menjadi ciri gayanya,” kata Chloe Meslin.
Andrea juga menghadirkan budaya Melayu yang jarang dikenal masyarakat. Misalnya dalam pemberian nama atau kebiasaan ngopi di warung. Kadang terkesan bodoh atau kampungan. Tapi mungkin kata “lugu” lebih tepat digunakan untuk mewakili budaya di daerahnya. Inilah yang disebut Chloe: Andrea merupakan cultural novelist sekaligus periset sosial dan budaya.
Menurut Chloe, ide tulisan dan hasrat eksperimen yang kuat, serta penyeimbangan mutu dan penerimaan yang luas dari masyarakat menjadi daya tarik terbesar novel Andrea. Maka, novel Andrea bisa dibaca anak berusia 7 tahun hingga profesor. Bahkan karyanya diwacanakan di fakultas sastra, dijadikan skripsi, atau mas kawin. “Andrea mampu menjangkau semua kalangan,” katanya.
Boleh dibilang, dwilogi ini berpotensi menjadi sebesar para pendahulunya. Andrea layak mendapatkannya karena terbukti stamina menulisnya tak habis setelah kesuksesan karya sebelumnya.
stoooooopp.
Inilah bagian dari petualangan baru Ikal dalam novel teranyar Andrea Hirata. Berbeda dengan tetralogi yang diluncurkan satu demi satu, kali ini Andrea mengemasnya dalam dwilogi yang menjadi satu buku sekaligus: Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.
Sedikit banyak, dwilogi ini masih berhubungan dengan empat novel sebelumnya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Empat karya yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan sejumlah bahasa Eropa lain seperti Jerman dan Belanda. Juga dalam bahasa Asia seperti Cina, Jepang, dan Vietnam. Kesuksesan yang menempatkan Andrea sebagai novelis yang go international.
Novel pertama, Padang Bulan, misalnya, menceritakan lanjutan kisah cinta Ikal dengan A Ling. Gadis Tionghoa ini menjadi cinta sejati Ikal sejak kecil seperti diceritakan dalam Laskar Pelangi, sampai ayah Ikal menolak merestui hubungan keduanya dalam tetralogi terakhir. Maka diceritakan Ikal minggat dari rumah. Belakangan, Ikal menerima informasi soal perjodohan A Ling dengan Zinar, pria Tionghoa yang diceritakan mirip bintang film Hongkong.
Jadilah Ikal yang dikuasai cemburu berusaha merebut A Ling. Lucunya, upaya perebutan ini bukan dengan melakukan hal-hal yang biasa. Tapi justru melalui berbagai lomba di kampung yaitu catur, voli, tenis meja, dan sepak bola. Bahkan Ikal sampai membeli peralatan peninggi badan supaya A Ling mau kembali.
Perjuangan yang luar biasa. Kadang tak masuk akal dan berlebihan. Tapi inilah kehebatan seorang Andrea: meramu cerita biasa menjadi tak biasa-biasa saja. Lupakanlah logika sejenak karena novel ini memang fiksi. Dengan membaca santai, kita bisa semakin merasakan betapa romantisnya ternyata seorang Ikal. Perjuangan cinta yang sangat layak dinikmati. Bahkan sangat mungkin kita menjadi bagian dari cerita itu sendiri.
Padang Bulan juga menceritakan kehidupan awal Maryamah binti Zamzami alias Enong yang begitu pahit. Bagaimana seorang perempuan kecil berjuang menghidupi keluarganya. Kehilangan ayah, ditolak bekerja, sampai harus menambang timah. Sesuatu yang tak terduga jelas telah dihadirkan oleh Andrea melalui sosok Enong yang ingin sekali menjadi guru bahasa Inggris. Andrea jelas mampu mengaduk-aduk emosi pembaca.
Sama seperti tetralogi, Andrea mampu memikat pembaca untuk segera menyelesaikan 254 halaman Padang Bulan dan melanjutkannya ke 270 lembaran Cinta di Dalam Gelas. Ikatan ala Andrea ini sudah muncul sejak mozaik pertama yang menceritakan kematian Zamzami. Gebrakan cerita yang langsung mengharukan pembaca dan memancing untuk membuka lagi dan lagi lembaran berikutnya.
Adapun novel kedua lebih banyak menceritakan lanjutan hidup Maryamah, dari perkawinannya yang gagal dengan Matarom, hingga mengikuti kejuaraan catur. Kita bisa menikmati perjuangan Maryamah yang luar biasa. “Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar,” kata Enong yang tak lulus sekolah dasar itu. Enong bahkan sampai belajar dari Grand Master Ninochka Stronovsky.
Krakter tiap tokoh dalam novel ini mampu dihadirkan Andrea dengan cukup kuat. Kadang dalam cerita yang singkat, kadang bertele-tele meski tetap mengasyikkan dan mengalir. Yang pasti, Ikal dan Maryamah menjadi tokoh utama yang selalu dibantu M. Nur dan Jose Rizal. Tak lupa Andrea memasukkan tokoh yang sudah ada sebelumnya seperti si jenius Lintang meski hanya sebentar tampil.
Karakter pendukung lainnya juga tetap hidup dan tak sekadar menjadi figuran tanpa makna. Misalnya, paman Ikal yang pemarah tapi juga murah hati, kerap memaki pemerintah tapi sedetik kemudian bisa berubah memuji-muji pemerintah. Pembagian cerita (mozaik) yang digunakan Andrea turut mendukung pembangunan karakter ini. Kadang runtut, kadang sedikit membingungkan.
Inilah kemampuan Andrea menunjukkan kehebatan yang terpendam dalam diri manusia, kemampuan yang kadang tak dikenali atau dipahami orang itu sendiri. Andrea juga mampu memberi gambaran perspektif politik masyarakat kampung; bagaimana manusia bercinta dengan kepahitan hidup; dan menyindir dengan gayanya yang khas seperti pada novel-novel sebelumnya.
Chloe Meslin dalam pengantarnya menilai Andrea mampu menyuguhkan watak manusia yang penuh kejutan, sifat unik komunitas, parodi, cinta melalui penulisan yang membuka pintu baru bagi pembaca. Termasuk untuk melihat budaya, melihat diri sendiri, dan memahami cinta, hubungan keluarga, dan religi dengan cara yang tak biasa. “Keindahan kisah, kedalaman intelektualitas, humor dan histeria kadang-kadang, serta kehati-hatian sekaligus kesembronoan yang disengaja telah menjadi ciri gayanya,” kata Chloe Meslin.
Andrea juga menghadirkan budaya Melayu yang jarang dikenal masyarakat. Misalnya dalam pemberian nama atau kebiasaan ngopi di warung. Kadang terkesan bodoh atau kampungan. Tapi mungkin kata “lugu” lebih tepat digunakan untuk mewakili budaya di daerahnya. Inilah yang disebut Chloe: Andrea merupakan cultural novelist sekaligus periset sosial dan budaya.
Menurut Chloe, ide tulisan dan hasrat eksperimen yang kuat, serta penyeimbangan mutu dan penerimaan yang luas dari masyarakat menjadi daya tarik terbesar novel Andrea. Maka, novel Andrea bisa dibaca anak berusia 7 tahun hingga profesor. Bahkan karyanya diwacanakan di fakultas sastra, dijadikan skripsi, atau mas kawin. “Andrea mampu menjangkau semua kalangan,” katanya.
Boleh dibilang, dwilogi ini berpotensi menjadi sebesar para pendahulunya. Andrea layak mendapatkannya karena terbukti stamina menulisnya tak habis setelah kesuksesan karya sebelumnya.
stoooooopp.
Rabu, 01 September 2010
Kenan9an iTuu
Sebuah Kenan9an iTu hanya akan hadir,
jikaLa meman9 ada usah buat men9hadirkan'a.
Dan Kenan9an iTu en9gak mun9kin bisa keDeLete dari mem0ri hati,
karna,
.
.kenan9an iTu merupakan ba9ian dari pRosees pendewasaan unTuk meLan9kah ke
.masa depan.
.
Namun iTu semua bukan aLasan unTuk berLaruT LaruT daLam
kenan9an iTu.
.
.
.
.ax merindukan saat saat duLu.
Miss you.
;-)
jikaLa meman9 ada usah buat men9hadirkan'a.
Dan Kenan9an iTu en9gak mun9kin bisa keDeLete dari mem0ri hati,
karna,
.
.kenan9an iTu merupakan ba9ian dari pRosees pendewasaan unTuk meLan9kah ke
.masa depan.
.
Namun iTu semua bukan aLasan unTuk berLaruT LaruT daLam
kenan9an iTu.
.
.
.
.ax merindukan saat saat duLu.
Miss you.
;-)
Selasa, 31 Agustus 2010
PainT mY fuTure
IniLah wakTu unTuk MeLukis masa depanKu.
Dunia ini
seperTi haL'a kanvas koso0n9 yan9 mana akan ax Lukis den9an bera9am warna, corak, poLa, etc.
Yaa poko'e saTu Dunia ini kan terLukis seJuTa aksi aksikuu.
:-).
Dunia ini
seperTi haL'a kanvas koso0n9 yan9 mana akan ax Lukis den9an bera9am warna, corak, poLa, etc.
Yaa poko'e saTu Dunia ini kan terLukis seJuTa aksi aksikuu.
:-).
Jumat, 29 Januari 2010
Kamis, 14 Januari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)