Rabu, 29 September 2010

cita citaXuuuuuuuuuu




Melihat kasus yang baru saja bisa diselesaikan lewat bantuan beberapa pihak dan itu terjadi diluar negara kita saya berkesimpulan bahwa sesungguhnya KASUS CINTA-ASMARA ternyata mampu menggedor dinding pembatas antar dua negara. Kisah yang diceritakan W. Sheakspears berulang (ROMEO & JULIET) hanya saja berbeda sedikit, kisah cinta murni yang terhalang antar keluarga yang bermusuhan secara bebuyutan, untuk membuktikan cintanya sang pangeran rela mati (minum racun bunuh diri) dan ternyata Juliet tetap sehat segar dan hidup (hanya mati suri ketika itu).

Kisah yang berlatar-belakang cinta memang umumnya menarik, apalagi dengan setting kerajaan (Pangeran) yang selalu menawarkan impian dan juga harapan. Dan impian ternyata bukan harapan dan kenyataan. Sementara kenyataan cenderung selalu kita hindarkan. Jarang sekali orang mau dan rela menerima adanya sebuah kenyataan. Orang selalu takut pada kenyataan.

Demikianlah, ketika seseorang berharap dari impiannya, dan manakala mimpi itu datang menawarkan berjuta fantasi lengkap dengan segala pernak-perniknya, seseorang itu pasti akan melenguh tak berdaya. Melayang-layang diangkasa raya, lupa turun kedunia nyata, dan asyik sendiri dimenara gading. Itu hanya sekedar illustrasi dari dongenng tentang pangeran dan putri, tentang raja dan putra mahkota, tentang rakyat jelata yang ingin jadi putri/raja dijaman dongeng itu berlangsung.

Indonesia bukan kerajaan, tetapi sebuah republik dimana didalamnya ada beberapa kerajaan (jaman dahulu) yang tentu saja berbeda dengan kerajaan lain dimancanegara. Kerajaan diluar agaknya masih menawarkan gemerlapnya mutu-manikam, kekuasaan, disanjung dipuja, bermahkota berlian, dll. Dongeng yang sering kita dengar sebelum bobo dari masa kanak-kanak terekam diotak kita dan menciptakan imej tersendiri tentang kehidupan sebuah kerajaan dengan Raja/ratu/pangeran/putrinya.

Cinta adalah sesuatu yang manusiawi dan luhur. Cita-cita merupakan keharusan setiap pribadi untuk memilikinya. Dan asmara merupakan hal yang sulit didefinisikan, karena bersifat nonphisik, merupakan luapan emosi kegairahan sanubari yang setiap orang (laki-perempuan) memilikinya. Jika seseorang mulai jatuh cinta, kemudian menerimanya, pastilah sebelumnya sudah ada transaksi (tawar-menawar) dg dirinya didalam hati. ‘Diterima’ atau ‘Tidak’ kalau tidak bukan masalah karena lewat begitu saja, namun ketika menerima maka rentetan peristiwa akan tersusun didepan yang pasti akan dijalaninya (lengkap dengan segala konsekuensi-konsekuensinya).

Dan cita-cita, tak jarang meleset dari sasarannya, saat cinta itu sendiri sudah melindasnya. Semula barangkali bercita-cita jadi Pramugari, Artis, Public Figure, dll. Tapi keinginan itu terhenti karena ada seorang pangeran jatuh cinta. Dongeng sebelum tidurpun terjadi. Dirinya dijadikan mempelai seorang pangeran (diharapkan seperti cerita yg ada dalam dongeng) yang serba kecukupan, dimanja, dipuja rakyatnya, bermahkota berlian, erbadan penuh perhiasan, dll.

Racun yang paling mempengaruhi dalam diri manusia adalah Asmara (bagi yg menyalah-artikan), karena asmara yang membahana dan meluap-lupa maka lupalah seseorang akan siapa jati diri sebenarnya. Self controlnya tidak lagi terkendali. Hanya kesenangan dan kebahagiaan yang dicari. Namun kesenangan dan kebahagiaan itu bersifat semu dan sementara. Sehingga sampai kapanpun kesenangan dan kebahagiaan itu tidak akan pernah tercapai (selalu kurang). Karena bumi bukan bulat panjang, bulat lonjong, melainkan bulat bundar maka perjalanan hidup ‘dari itu ke itu’ lagi. Maka sampailah seseorang pada batas ‘kembali ke masa-lalu’ yang dianggapnya lebih riel, lebih manis, lebih hakiki yaitu: Siapa Aku Sesungguhnya? Bukankah aku lahir dan dilahirkan dari masa kanak-kanak yang bahagia?! Dan masa kanak-kanak itu dimana, bukankah disitu sesungguhnya letak bahagia?!

Sebuah kisah yang ‘happy ending’ baru-baru ini telah kita saksikan bersama, yang sebelumnya banyak lika-likunya, banyak konfliknya, banyak perjuangannya dan bagaimana seseorang bertahan dalam ketidak-berdayaannya. Kisah yang sebaiknya cukup sekali itu saja (perhatikan pula para TKW) dan jangan sampai terjadi pada siapapun juga.

Saya jadi ingat lirik lagu Pance yg kurang-lebih begini: Berdua kita lalui, perjalanan dan liku hidup ini, tahun-tahun pertama masih kurasa lembut asmaramu… Hari-hari berganti, kebimbangan terkadang hadir mencengkram, mungkin kau mulai bosan, ataukah memang takdirku begini….

Kepada Kaum Hawa Nusantara, jadilah dirimu sebagai Ibu Pertiwi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar