Rabu, 29 September 2010

mimmmP!!!!!!!xxxuuu




Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa mewujudkan impian itu tidak gampang. Walaupun tidak harus selalu semua hal dibuat susah.

Tapi umumnya, untuk mewujudkan sebuah impian butuh proses panjang, berliku, harus melewati kerikil-kerikil tajam, terjal dan harus membiasakan diri bersahabat dengan ketidakpastian. Mereka yang sudah mengecap nikmatnya hasil keringat terbaiknya, selalu mengatakan bahwa mewujudkan impian harus penuh kesabaran dan siap berproses.

Inilah tantangan kita sepanjang zaman. Bagi yang sering mempelajari kisah-kisah tokoh, tentunya paham betul makna kesabaran. Salah satu contoh buku yang menceritakan kesabaran adalah buku karangan Kick Andy (dalam buku 7 Heroes). Bagi saya, Kesaksian hidup Wanhar Oemar dan ’Suster Apung’ sungguh menginspirasi tentang kesabaran. Saya menyimpulkan dalam pekerjaan apapun, kesabaran sangat diperlukan.

Cerita lain yang tak kalah seru adalah novel Frankenstein karangan Mary Shelley. Dalam buku ini dikisahkan tentang seorang pemuda dari Jenewa, Swiss, namanya Victor Frankenstein. Dia bertumbuh dan menjadi mahasiswa di kampus Ingoldstadt, Italia. Sejak hari pertama kuliah, dia menyukai kimia. Mr Waldman adalah guru favoritnya.

Kecintaannya pada kimia menginspirasinya untuk mencari tahu darimana datangnya kehidupan. Karena impiannya itu, ia rela melakukan penelitian di laboratorium setiap saat. Kadang ia tinggal semalaman di sana sampai bintang-bintang menghilang dari langit. Ia membaca buku-buku, memahami banyak hal dan melakukan percobaan sebanyak mungkin. Ia ingin menciptakan kehidupan. Karena terlena dengan impiannya itu, selama dua tahun ia bekerja keras, sampai-sampai lupa berinteraksi dengan keluarganya dan tidak pernah pulang kampung.

Ia pun terus bekerja. Hari-hari dilaluinya di dalam laboratorium, berteman dengan peralatan lab dan bau obat-obatan khas sebuah laboratorium, bersahabat dengan kesepian. Namun, sungguh mengharukan ketika ia harus terus bekerja meski sudah kelelahan, dan matanya sudah terasa berat tetapi semangat kerja kerasnya tak mengendur hingga iapun jatuh sakit.

Bagi kebanyakan orang, kesabaran dan kerja keras adalah hal yang amat sulit untuk dilakukan. Tidak begitu dengan Frankenstein. Ia tidak menyerah. Perjuangannya mewujudkan impiannya sungguh luar biasa. Sekalipun, tak jarang rasa frustrasi menghampiri saat menghadapi jalan buntu dan tiada kawan yang membantu. Mungkin yang paling mengerikan adalah saat ia merasa bahwa orang lainpun menganggapnya aneh, seperti alien, termarjinalkan dan tidak dimengerti masyarakat. ia dianggap sampah, kesepian, terpuruk, apalagi ketika hasil kerja kerasnya itu belum menampakkan titik terangnya sama sekali.

Ide menciptakan kehidupan dianggap konyol. Maka tak jarang, karena sebuah ide, kitapun akan ditertawakan, dipandang remeh orang lain. Dan untuk memperjuang impian itu, kita harus mengorbankan banyak hal dalam hidup kita, mulai dari masa-masa muda, materi, energi dan waktu bersantai kita. Seperti membaca sebagai sebuah investasi, berpikir sebagai latihan, menulis sebagai sarana menata pemikiran dan doa sebagai media pengharapan yang menguatkan jiwa dan memuaskan kerohanian kita.

Singkat cerita, pada akhirnya Victor Frankenstein berhasil mewujudkan impiannya, menciptakan kehidupan (meskipun cerita akhirnya berakhir buruk karena tercipta sasuatu yang disebut ’monster’). Tetapi, belajar kesabaran dari novel ini tentu tidak ada salahnya, justru banyak hikmahnya.

Kesabaran, tak lepas dari kekonsistenan. Tidak plin-plan, tidak terbawa arus sekalipun segala sesuatu yang ditawarkan oleh lingkungan sangat menggiurkan atau menjanjikan. Kekonsistenan menuntut keberanian mengambil resiko. Karena, barangkali sesuatu yang berharga, yang menurut kita adalah segala-galanya, namun bagi orang lain itu tidak ada apa-apanya dan segala sesuatu yang menurut orang lain adalah segala-galanya, belum tentu segala-galanya bagi kita.

Di sinilah terjadi rentang yang jauh antara keinginan kita dengan kehendak orang lain, kemauan kita dan kemauan orang lain yang tak mungkin bisa dirasionalkan. Maka ketika sebuah keputusan telah diambil, maka kita harus siap menanggung segala resikonya. Sebab keputusan yang telah kita ambil itu sifatnya mengikat. Di sinilah kesabaran menjadi pertaruhan.

Konsisten pada apa yang telah kita tetapkan benar dan terbaik mengantar kita untuk berani keluar dari standarisasi masyarakat (yang bagi kebanyakan orang dianggap bukan kelaziman). Karena untuk mendapatkan yang terbaik butuh kerja keras dan cucuran keringat kesungguhan. Pahami bahwa apa yang terbaik hanya dapat diperoleh dengan kerja keras (smart) dan kreativitas orisinal. Dalam keadaan menghasilkan kreativitas, setiap orang butuh pasokan motivasi dan inspirasi yang luar biasa untuk bisa terus berproses dalam mewujudkan impiannya.

Berproses

Syarat kedua untuk mewujudkan impian kita adalah siap bayar harga. Karena impian itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kita, maka apapun ceritanya mewujudkannya butuh proses yang siap menghadapi berbagai kekecewaan. Untuk bisa berdiri di atas bukit tanpa ada cacat, tentulah butuh pendakian yang telaten, gigih dan memiliki semangat menaklukkan alam. Ketiga sifat diatas hanya bisa diperoleh dari kemauan dan kesiapan berproses dalam hidup. Dalam banyak hal, kita harus membiasakan diri akrab dengan rasa sakit karena kekecewaan yang menyayat sebagai latihan jiwani dan sakit fisik sebagai latihan badani. Karena mewujudkan impian membutuhkan keberanian "membayar harga".

Berproses mewujudkan sebuah impian, selalu ada harganya. Maka izinkanlah proses itu membentuk kita secara alami. Proses adalah bagian kehidupan yang amat berarti sekalipun kadang menyakitkan. Sebab siapa berani bertaruh bahwa gagal itu tak ada artinya, bila ia menjalani segala sesuatu dengan berproses? Siapa berani menjawab bahwa keberhasilan jauh lebih baik dari kegagalan, jika itu dilakukan dalam sebuah proses hidup mewujudkan impian?

Belajar dari kisah Franskenstein diatas, untuk mewujudkan sebuah impian, kita butuh kesabaran, kemauan berproses dan siap bayar harga, meskipun lingkungan sekitar kita memandang sebelah mata impian dan cara kita meraih impian tersebut. Bukan hanya orang lain, teman dekat kita barang kali, keluarga, bahkan orang tua kita sendiri. Bahkan, sangat mungkin impian kita tidak ada harganya dimata mereka. Sekalipun, lingkungan tidak mendukung kita, keterbatasan sarana dan prasarana kerap menjadi penghalang, namun jangan sampai kita melepas impian kita itu. Yakinkan hati kita, suatu saat kelak, semua proses itu akan terbayar, dan jerih payah kita tidaklah sia-sia. Selamat mengejar impian, Tuhan memberkati.**

love love love


Dicuekin, merasa g’dianggap, dan merasa cintaku bertepuk sebelah tangan, karna selama ini walaupun hubungan kami dah seperti sepasang kekasih, tapi belum ada kata jadian, belum ada kata-kata cinta yang keluar dari mulutnya, paling hanya kata sayang, dan walaupun bener aku mencintainya, sangat nggak mungkin untukku bilang cinta duluan. Sehingga perasaan ne kutahankan saja, hingga pada akhirnya aq sampai pada titik lelah….

Aq butuh kepastian, namun kepastian itu tak kunjung kudapatkan walaupun dah hampir setengah tahun. Waktu yang dah
lebih dari cukup untuk melakukan penjajakan…Malam itu, karna g’tahan lagi, aq ngomong ke dia, lau aq mo ngelupain dia, g’mo ngubungin dia ge, n aq minta dia tuk bikin agar aq benci ma dia. Dia menolak tanpa menanyakan apa alasanku berbuat demikian, sebenarnya aku pengen dia menahan aq agar tetap berada disisinya, aq pengen dia bilang law dia g’mo jauh dari aq… n bilang…. Tapi yang kudapat cuma anggukan pertanda setuju darinya. Hari-haripun berlanjut tanpa dia, dan sebenernya aq pengen dia yang ngubungin aq duluan, tapi harapanku sia-sia.

Sampai akhirnya aq mendekati cowok lain, berawal dari nanyain akun FB
beliau, balas-balasan komen, chatingan, dan akhirnya smsan dan
telponan. Hari pertama tau FB dia, hari kedua kami chatingan dan
SMSan, hari ketiga Telponan dan dia ngirim pesan panjang tentang siapa dia, yang cukup menjawab pertanyaanku selama ini. Hari berikutnya, dia nanyain kesediaan aq bwt jadi pacarnya lewat telpon, dan terjadilah sebuah komitmen antara kami berdua. Malam besoknya dia datang, nembak aq secara langsung dengan adegan yang menurutku cukup romantis sehingga membuatku terkesima dan hanya mampu mengangguk iya. Entahlah…

Aq mengawali sebuah hubungan tanpa perasaan yang mendalam, hanya
sebatas suka, diawal hubungan aq masih sering kepikiran cowok impianku kemaren, tapi apa hendak dikata, mungkin dia bukanlah ditakdirkan untukku. Perlahan tapi pasti akhirnya aku bisa juga ngelupain dia. Dan aq pun ngerasa semakin sayang ma Pacarku itu. Semakin mengenalnya, aq semakin mencintainya, sehingga sampai-sampai aku pernah bilang ma sahabatku, lw sekarang aq disuruh milih Pacarku yg sekarang tw cowok impianku dulu, maka aq bakal milih pacarku yang sekarang. ternyata dia punya seseatu yg g’dimiliki oranglain, walaupun dia teramat cuek.

Tapi perasaan itu g’bertahan lama. Semenjak aku ngelihat state si
cowok impianku tersebut yang berisikan dia lagi terbaring di rumah
sakit dan diinfus, aq jadi g’tenang, pengen banget t’ngubungin dia,
tapi egoku masih terlalu besar t’ngelakuin itu. Sampai suatu malam,
aku ge kesal ma Pacarku karna dia nyuekin aq, hingga akhirnya aq malah nekat ngubungin cowok impianku tersebut, wlwpun hanya sekedar SMS tanyain kabar dia. Dan akhirnya diapun nelponin aq, sampai lewat tengah malam, kamipun masih asyik telponan, begitu banyak hal yg terjadi yang patut diceritakan, baek dari dia maupun aq. Aq gerasa bersalah banget ma dia, g’seharusnya aq bersikap kek kemaren.

Dia dalam kesulitan, tiba2 aku menjauh dari dia, sampai2 dia sakit dan
dirawat di rumah sakit yg g’jauh dari kediaman aq, jangankan
t’menjenguk, nanyain kabar dia ja aq g’da…. Semenjak malam itu, kami
dah kek dulu lagi. Entah kenapa aq ngerasa dia mbutuhin aq. Dan aq
juga ngerasa bersalah ma pacarku… Aq memang benar2 ge bingung…. Aq g’tau, sebenarnya aq cinta siapa????

cita citaXuuuuuuuuuu




Melihat kasus yang baru saja bisa diselesaikan lewat bantuan beberapa pihak dan itu terjadi diluar negara kita saya berkesimpulan bahwa sesungguhnya KASUS CINTA-ASMARA ternyata mampu menggedor dinding pembatas antar dua negara. Kisah yang diceritakan W. Sheakspears berulang (ROMEO & JULIET) hanya saja berbeda sedikit, kisah cinta murni yang terhalang antar keluarga yang bermusuhan secara bebuyutan, untuk membuktikan cintanya sang pangeran rela mati (minum racun bunuh diri) dan ternyata Juliet tetap sehat segar dan hidup (hanya mati suri ketika itu).

Kisah yang berlatar-belakang cinta memang umumnya menarik, apalagi dengan setting kerajaan (Pangeran) yang selalu menawarkan impian dan juga harapan. Dan impian ternyata bukan harapan dan kenyataan. Sementara kenyataan cenderung selalu kita hindarkan. Jarang sekali orang mau dan rela menerima adanya sebuah kenyataan. Orang selalu takut pada kenyataan.

Demikianlah, ketika seseorang berharap dari impiannya, dan manakala mimpi itu datang menawarkan berjuta fantasi lengkap dengan segala pernak-perniknya, seseorang itu pasti akan melenguh tak berdaya. Melayang-layang diangkasa raya, lupa turun kedunia nyata, dan asyik sendiri dimenara gading. Itu hanya sekedar illustrasi dari dongenng tentang pangeran dan putri, tentang raja dan putra mahkota, tentang rakyat jelata yang ingin jadi putri/raja dijaman dongeng itu berlangsung.

Indonesia bukan kerajaan, tetapi sebuah republik dimana didalamnya ada beberapa kerajaan (jaman dahulu) yang tentu saja berbeda dengan kerajaan lain dimancanegara. Kerajaan diluar agaknya masih menawarkan gemerlapnya mutu-manikam, kekuasaan, disanjung dipuja, bermahkota berlian, dll. Dongeng yang sering kita dengar sebelum bobo dari masa kanak-kanak terekam diotak kita dan menciptakan imej tersendiri tentang kehidupan sebuah kerajaan dengan Raja/ratu/pangeran/putrinya.

Cinta adalah sesuatu yang manusiawi dan luhur. Cita-cita merupakan keharusan setiap pribadi untuk memilikinya. Dan asmara merupakan hal yang sulit didefinisikan, karena bersifat nonphisik, merupakan luapan emosi kegairahan sanubari yang setiap orang (laki-perempuan) memilikinya. Jika seseorang mulai jatuh cinta, kemudian menerimanya, pastilah sebelumnya sudah ada transaksi (tawar-menawar) dg dirinya didalam hati. ‘Diterima’ atau ‘Tidak’ kalau tidak bukan masalah karena lewat begitu saja, namun ketika menerima maka rentetan peristiwa akan tersusun didepan yang pasti akan dijalaninya (lengkap dengan segala konsekuensi-konsekuensinya).

Dan cita-cita, tak jarang meleset dari sasarannya, saat cinta itu sendiri sudah melindasnya. Semula barangkali bercita-cita jadi Pramugari, Artis, Public Figure, dll. Tapi keinginan itu terhenti karena ada seorang pangeran jatuh cinta. Dongeng sebelum tidurpun terjadi. Dirinya dijadikan mempelai seorang pangeran (diharapkan seperti cerita yg ada dalam dongeng) yang serba kecukupan, dimanja, dipuja rakyatnya, bermahkota berlian, erbadan penuh perhiasan, dll.

Racun yang paling mempengaruhi dalam diri manusia adalah Asmara (bagi yg menyalah-artikan), karena asmara yang membahana dan meluap-lupa maka lupalah seseorang akan siapa jati diri sebenarnya. Self controlnya tidak lagi terkendali. Hanya kesenangan dan kebahagiaan yang dicari. Namun kesenangan dan kebahagiaan itu bersifat semu dan sementara. Sehingga sampai kapanpun kesenangan dan kebahagiaan itu tidak akan pernah tercapai (selalu kurang). Karena bumi bukan bulat panjang, bulat lonjong, melainkan bulat bundar maka perjalanan hidup ‘dari itu ke itu’ lagi. Maka sampailah seseorang pada batas ‘kembali ke masa-lalu’ yang dianggapnya lebih riel, lebih manis, lebih hakiki yaitu: Siapa Aku Sesungguhnya? Bukankah aku lahir dan dilahirkan dari masa kanak-kanak yang bahagia?! Dan masa kanak-kanak itu dimana, bukankah disitu sesungguhnya letak bahagia?!

Sebuah kisah yang ‘happy ending’ baru-baru ini telah kita saksikan bersama, yang sebelumnya banyak lika-likunya, banyak konfliknya, banyak perjuangannya dan bagaimana seseorang bertahan dalam ketidak-berdayaannya. Kisah yang sebaiknya cukup sekali itu saja (perhatikan pula para TKW) dan jangan sampai terjadi pada siapapun juga.

Saya jadi ingat lirik lagu Pance yg kurang-lebih begini: Berdua kita lalui, perjalanan dan liku hidup ini, tahun-tahun pertama masih kurasa lembut asmaramu… Hari-hari berganti, kebimbangan terkadang hadir mencengkram, mungkin kau mulai bosan, ataukah memang takdirku begini….

Kepada Kaum Hawa Nusantara, jadilah dirimu sebagai Ibu Pertiwi!

Curahaan Hatiiiii Soreeeee


hemzzzz,
garing banget ax hari ini......
ax kangen sama alumni smk teruna Jaya 1 Gunuuuungkidul...... ax kangen berat sama mereka,,,,,'''''.
buat temen temen yang udah mau mampir ke my blogspooooot thank you banget yaaa......
jangan pernah bosen bosen yaaaa ngeposin komentar .........
ha ha ha......
(emankkk adaaaaaaa )
waduhhhh jaaan ax memang garing banget hari iniiiiii...... gak tau mau ngerjain apaaa'n .
hemz,,,,,,,,, besok musti berangkat kuliah pagiiii lagiiiii......
untung'a jadwal besok di Kampus G2 jadi'a gak perlu repot antreeee macet di deket pasar cipuuulir......... hemz,,,, besokkkkk rencana'a mau berangkad mepet waktu ajaaah... gak enak tauuuuu berangkat musti on timeeeeeee.......

loveeeeeee

Gulungan kertas itu dibuka Ikal dengan berdebar. Penulisnya adalah detektif swasta M. Nur yang eksentrik. Isinya, menyatakan keprihatinan atas patah hati yang dialami Ikal. M. Nur mengaku memiliki informasi soal pria perebut kekasih Ikal. Yang menarik hati Ikal, sang detektif menyisipkan nama Jose Rizal. Siapa dia? Ternyata nama merpati yang mengantar gulungan surat. Nama yang lebih bagus ketimbang orang Melayu mana pun.


Inilah bagian dari petualangan baru Ikal dalam novel teranyar Andrea Hirata. Berbeda dengan tetralogi yang diluncurkan satu demi satu, kali ini Andrea mengemasnya dalam dwilogi yang menjadi satu buku sekaligus: Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.


Sedikit banyak, dwilogi ini masih berhubungan dengan empat novel sebelumnya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Empat karya yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan sejumlah bahasa Eropa lain seperti Jerman dan Belanda. Juga dalam bahasa Asia seperti Cina, Jepang, dan Vietnam. Kesuksesan yang menempatkan Andrea sebagai novelis yang go international.


Novel pertama, Padang Bulan, misalnya, menceritakan lanjutan kisah cinta Ikal dengan A Ling. Gadis Tionghoa ini menjadi cinta sejati Ikal sejak kecil seperti diceritakan dalam Laskar Pelangi, sampai ayah Ikal menolak merestui hubungan keduanya dalam tetralogi terakhir. Maka diceritakan Ikal minggat dari rumah. Belakangan, Ikal menerima informasi soal perjodohan A Ling dengan Zinar, pria Tionghoa yang diceritakan mirip bintang film Hongkong.


Jadilah Ikal yang dikuasai cemburu berusaha merebut A Ling. Lucunya, upaya perebutan ini bukan dengan melakukan hal-hal yang biasa. Tapi justru melalui berbagai lomba di kampung yaitu catur, voli, tenis meja, dan sepak bola. Bahkan Ikal sampai membeli peralatan peninggi badan supaya A Ling mau kembali.


Perjuangan yang luar biasa. Kadang tak masuk akal dan berlebihan. Tapi inilah kehebatan seorang Andrea: meramu cerita biasa menjadi tak biasa-biasa saja. Lupakanlah logika sejenak karena novel ini memang fiksi. Dengan membaca santai, kita bisa semakin merasakan betapa romantisnya ternyata seorang Ikal. Perjuangan cinta yang sangat layak dinikmati. Bahkan sangat mungkin kita menjadi bagian dari cerita itu sendiri.


Padang Bulan juga menceritakan kehidupan awal Maryamah binti Zamzami alias Enong yang begitu pahit. Bagaimana seorang perempuan kecil berjuang menghidupi keluarganya. Kehilangan ayah, ditolak bekerja, sampai harus menambang timah. Sesuatu yang tak terduga jelas telah dihadirkan oleh Andrea melalui sosok Enong yang ingin sekali menjadi guru bahasa Inggris. Andrea jelas mampu mengaduk-aduk emosi pembaca.


Sama seperti tetralogi, Andrea mampu memikat pembaca untuk segera menyelesaikan 254 halaman Padang Bulan dan melanjutkannya ke 270 lembaran Cinta di Dalam Gelas. Ikatan ala Andrea ini sudah muncul sejak mozaik pertama yang menceritakan kematian Zamzami. Gebrakan cerita yang langsung mengharukan pembaca dan memancing untuk membuka lagi dan lagi lembaran berikutnya.


Adapun novel kedua lebih banyak menceritakan lanjutan hidup Maryamah, dari perkawinannya yang gagal dengan Matarom, hingga mengikuti kejuaraan catur. Kita bisa menikmati perjuangan Maryamah yang luar biasa. “Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar,” kata Enong yang tak lulus sekolah dasar itu. Enong bahkan sampai belajar dari Grand Master Ninochka Stronovsky.


Krakter tiap tokoh dalam novel ini mampu dihadirkan Andrea dengan cukup kuat. Kadang dalam cerita yang singkat, kadang bertele-tele meski tetap mengasyikkan dan mengalir. Yang pasti, Ikal dan Maryamah menjadi tokoh utama yang selalu dibantu M. Nur dan Jose Rizal. Tak lupa Andrea memasukkan tokoh yang sudah ada sebelumnya seperti si jenius Lintang meski hanya sebentar tampil.


Karakter pendukung lainnya juga tetap hidup dan tak sekadar menjadi figuran tanpa makna. Misalnya, paman Ikal yang pemarah tapi juga murah hati, kerap memaki pemerintah tapi sedetik kemudian bisa berubah memuji-muji pemerintah. Pembagian cerita (mozaik) yang digunakan Andrea turut mendukung pembangunan karakter ini. Kadang runtut, kadang sedikit membingungkan.


Inilah kemampuan Andrea menunjukkan kehebatan yang terpendam dalam diri manusia, kemampuan yang kadang tak dikenali atau dipahami orang itu sendiri. Andrea juga mampu memberi gambaran perspektif politik masyarakat kampung; bagaimana manusia bercinta dengan kepahitan hidup; dan menyindir dengan gayanya yang khas seperti pada novel-novel sebelumnya.


Chloe Meslin dalam pengantarnya menilai Andrea mampu menyuguhkan watak manusia yang penuh kejutan, sifat unik komunitas, parodi, cinta melalui penulisan yang membuka pintu baru bagi pembaca. Termasuk untuk melihat budaya, melihat diri sendiri, dan memahami cinta, hubungan keluarga, dan religi dengan cara yang tak biasa. “Keindahan kisah, kedalaman intelektualitas, humor dan histeria kadang-kadang, serta kehati-hatian sekaligus kesembronoan yang disengaja telah menjadi ciri gayanya,” kata Chloe Meslin.


Andrea juga menghadirkan budaya Melayu yang jarang dikenal masyarakat. Misalnya dalam pemberian nama atau kebiasaan ngopi di warung. Kadang terkesan bodoh atau kampungan. Tapi mungkin kata “lugu” lebih tepat digunakan untuk mewakili budaya di daerahnya. Inilah yang disebut Chloe: Andrea merupakan cultural novelist sekaligus periset sosial dan budaya.


Menurut Chloe, ide tulisan dan hasrat eksperimen yang kuat, serta penyeimbangan mutu dan penerimaan yang luas dari masyarakat menjadi daya tarik terbesar novel Andrea. Maka, novel Andrea bisa dibaca anak berusia 7 tahun hingga profesor. Bahkan karyanya diwacanakan di fakultas sastra, dijadikan skripsi, atau mas kawin. “Andrea mampu menjangkau semua kalangan,” katanya.


Boleh dibilang, dwilogi ini berpotensi menjadi sebesar para pendahulunya. Andrea layak mendapatkannya karena terbukti stamina menulisnya tak habis setelah kesuksesan karya sebelumnya.


stoooooopp.




successs for mY Life

Rabu, 01 September 2010

Kenan9an iTuu

Sebuah Kenan9an iTu hanya akan hadir,
jikaLa meman9 ada usah buat men9hadirkan'a.
Dan Kenan9an iTu en9gak mun9kin bisa keDeLete dari mem0ri hati,
karna,
.
.kenan9an iTu merupakan ba9ian dari pRosees pendewasaan unTuk meLan9kah ke
.masa depan.
.
Namun iTu semua bukan aLasan unTuk berLaruT LaruT daLam
kenan9an iTu.
.
.
.
.ax merindukan saat saat duLu.
Miss you.
;-)