Rabu, 20 Oktober 2010
DIABETES MELITUS
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian meningkat.Kini, jumlah penderita diabetes di Indonesia semakin bertambah. Tidak hanya orang tua, remaja dan dewasa muda pun ternyata juga diserang penyakit gula.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa.
Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2030.
Peningkatan prevalensi DM menunjukkan pentingnya upaya pencegahan. DM timbul karena faktor keturunan dan perilaku. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan pandemi DM saat ini merupakan cerminan perubahan gaya hidup.
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga dan asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan merupakan faktor yang dapat diperbaiki.
Tidak diragukan bahwa nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya DM tipe-2. Gaya hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta panjangnya angka harapan hidup merupakan faktor yang meningkatkan prevalensi DM.
Berikut ini adalah beberapa anjuran gizi seimbang yang ada kaitannya dengan pencegahan diabetes, antara lain:
1. Makanlah aneka ragam makanan
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif. Oleh karena itu setiap orang termasuk penyandang DM perlu mengonsumsi aneka ragam makanan. Makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
* Sumber zat tenaga
antara lain beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu dan mie. Minyak, margain dan santan yang mengandung lemak juga menghasilkan tenaga. Makanan sumber tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
* Sumber zat pembangun.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sumber yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahannya seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
* Sumber zat pengatur
adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ?organ tubuh.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi harus berasal dari makanan sumber zat tenaga, pembangun dan pengatur. Setiap kali makan baik makan siang maupun makan malam sebaiknya hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah.
2. Makanlah untuk memenuhi kecukupan energi (capai dan pertahankan berat badan normal)
Agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga dan kegiatan lain, setiap orang perlu makan makanan yang cukup enegi, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Kecukupan energi ditandai dengan berat badan yang normal. Oleh karena itu, capai dan pertahankan berat badan yang normal.
Kelebihan gizi terutama makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat menimbulkan kegemukan yang berujung timbulnya DM. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sedang pada orang gemuk dan kemudian dipertahankan dapat menurunkan risiko timbulnya DM tipe 2.
Mempertahankan berat badan normal/ideal sesuai dengan umur dan tinggi badan diperlukan untuk pencegahan DM. Peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi makan adalah cara yang baik untuk penurunan berat badan.
Kebutuhan energi seseorang bergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik, keadaan penyakit dan pengobatannya.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dari kebutuhan energi (pilihlah karbohidrat kompleks dan serat, batasi karbohidrat sederhana yang (refined)
Terdapat 3 kelompok karbohidrat yaitu kompleks, sederhana dan serat.
* Karbohidrat Kompleks (tepung-tepungan)
makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), sagu dll. Makanan tersebut mengandung zat gizi lain selain karbohidrat.
Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama dari karbohidrat sederhana, sehingga dengan mengonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak segera lapar.
* Karbohidrat Sederhana
karbohidrat sederhana alamiah tedapat pada buah, sayuran dan susu. Bahan makanan tesebut selain mengandung karbohidrat, mengandung zat gizi lain yang sangat bemanfaat.
Karbohidrat sederhana yang diproses seperti gula, madu, sirup, bolu, selai, dll langsung diserap dan digunakan tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Gula tidak mengandung zat gizi lain, hanya karbohidrat. Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.
Menurut penelitian, tidak ada hubungan langsung antara asupan gula dengan timbulnya DM tipe 2. Namun, demikian, makanan dengan kandungan gula tinggi sering juga mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.
* Serat
sayur & buahSerat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna. Kelompok ini banyak terdapat pada buah, sayuran, padi-padian dan produk sereal. Susu, daging dan lemak tidak mengandung serat.
Serat terdiri dari 2 jenis yaitu serat larut (pembentuk gel) seperti pectin dan guargum serta serat tidak larut seperti selulose dan bran. Kedua jenis serat ini banyak terdapat pada padi-padian, kacang-kacangan, tempe, sayuran serta buah. Makan cukup serat memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu makan dan penurunan berat.
2. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori
3. Membantu buang air besar secara teratur
4. Menurunkan kadar lemak darah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung yaitu kolesterol dan trigliserida darah.
4. Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat kecukupan energi
Lemak dan minyak dalam makanan berguna untuk memenuhi kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya makanan. Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah sehingga perlu ditingkatkan, sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah perlu diwaspadai karena cenderung berlebihan.
Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner karena lemak ikan mengandung asam lemak omega-3.
Mengurangi asupan lemak, terutama lemak jenuh dapat menurunkan risiko DM. Beberapa contoh sumber asupan lemak jenuh adalah makanan yang dimasak dengan banyak minyak, mentega ataupun santan, lemak hewan, susu penuh (whole milk) dan cream.
5. Gunakan garam beryodium
Konsumsi natrium dalam garam dapur (natrium klorida) yang belebihan dapat memicu terjadinya penyakit darah tinggi. Anjuran asupan natrium untuk penduduk biasanya tidak lebih dari 3000 mg perhari yaitu kira-kira 1 sendok teh yang digunakan dalam memasak.
6. Berikan ASI saja pada bayi minimal sampai umur 4 bulan.
ASI adalah makan terbaik untuk bayi. Pada usia 0-4 bulan, bayi cukup diberi ASI (ASI eksklusif) karena ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat.
Kurang gizi selama awal kehidupan atau bahkan saat di dalam kandungan juga memainkan peranan penting pada timbulnya DM tipe 2 di kemudian hari setelah dewasa, melalui mekanisme resistensi insulin.
7. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Kegiatan fisik dan olahraga bemanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan.
Olahraga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain yang setara.
Kegiatan lain yang bisa dilakukan seperti membiasakan diri naik tangga 2-6 lantai yang secara bertahap dan teratur, walaupun di tempat itu tersedia lift. Kurang gerak atau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes.
Obesitas Ternyata Juga Picu Leukemia
Bagi yang belum mengalami obesitas, sebaiknya mulai dari sekarang mempertahankan pola hidup sehat, sementara bagi yang sudah kegemukan, jangan tunda lagi untuk meninggalkan gaya hidup tak sehat yang selama ini dilakukan. Pasalnya, obesitas tak hanya memicu munculnya masalah kardiovaskular, tapi juga beberapa jenis kanker.
Studi pertama yang menunjukkan bahwa obesitas dapat secara langsung mempercepat keparahan acute lymphoblastic leukemia (ALL) telah dilakukan oleh tim peneliti di The Saban Research Institute of Childrens Hospital Los Angeles dan akan dipublikasikan di Cancer Prevention Research pada 5 Oktober 2010.
Obesitas selama ini memang sudah dikaitkan dengan peningkatan terjadinya banyak kasus kanker, termasuk leukemia, tapi sejauh ini belum diketahui apakah peningkatan kejadian kanker ini merupakan efek langsung dari obesitas atau berhubungan dengan faktor-faktor seperti genetik, gaya hidup, kesehatan atau sosioekonomi.
"Dengan tingginya prevalensi dalam masyarakat saat ini, kami merasa ini merupakan masa kritis untuk menentukan apakah obesitas memang benar-benar menyebabkan peningkatan kejadian leukemia atau karena terkait dengan paparan terhadap hal-hal lain," jelas Steven D. Mittelman, MD, PhD, seorang ahli endokrinologi pediatri yang juga memimpin studi ini.
Mittelman dan kawan-kawan menggunakan diet kaya lemak untuk menginduksi obesitas pada dua tikus yang mengalami ALL. Tikus itu secara acak diberikan makanan kaya lemak atau tidak. Tim peneliti menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko ALL pada kedua tikus itu, terutama pada tikus yang berusia lebih tua. Observasi ini konsisten dengan jenis efek kumulatif yang terlihat pada kanker lain yang terkait dengan paparan, seperti kanker paru yang terkait dengan merokok dan kanker payudara yang disebabkan oleh paparan terhadap estrogen.
Melihat perbedaan pada hewan yang lebih tua juga selaras dengan efek lainnya yang berhubungan dengan obesitas yang disebabkan oleh paparan kumulatif seperti penyakit jantung, diabetes, dan arthritis.
"Temuan kami konsisten dengan data epidemiologi yang menunjukkan tingginya kejadian leukemia pada orang dewasa gendut dan menunjukkan bahwa pengamatan ini sebenarnya terkait dengan obesitas, dan bukan terkait genetik, faktor sosioekonomi, atau gaya hidup," kata Mittelman, yang juga pengajar Keck School of Medicine of the University of Southern California.
"Data tersebut menunjukkan bahwa beberapa hormon atau faktor pada orang yang kelebihan berat badan, yang mungkin dihasilkan oleh jaringan lemak itu sendiri, dapat memberikan sinyal sel-sel leukemia untuk tumbuh dan membelah. Karena leukemia adalah jenis kanker yang paling umum yang menyerang di usia kanak-kanak, pemahaman bagaimana obesitas dapat meningkatkan kejadian leukemia bisa saja memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang penting."
overacTive BLadder
What is the role of medications in treating overactive bladder?
There are several medications recommended for the treatment of overactive bladder. Using these medications in conjunction with behavioral therapies has shown to increase the success rate for the treatment of overactive bladder.
The most common medications (anticholinergics) target to decrease the overactivity of the detrusor muscle. These medications (anticholinergics) should be used under the direction of the physician prescribing them. They may have some common side effects, including dry mouth, constipation, blurry vision, and confusion (in the elderly). Here is a list of the most commonly recommended medications for overactive bladder.
* Oxybutynin (Ditropan) prevents urge incontinence by relaxing the detrusor muscle. This is typically taken two to three times a day (Ditropan XL is extended release, taken once a day). Ditropan patch (Oxytrol) is also available with fewer side effects, but it releases a smaller dose than the oral form. The patch is placed on the skin once to twice weekly and it may cause some local skin irritation.
* Tolterodine (Detrol, Detrol LA) is indicated for the treatment of an overactive bladder with symptoms of urinary frequency, urgency, or urge incontinence. This medication affects the salivary glands less than oxybutynin, thus, it is better tolerated with fewer side effects (dry mouth). Detrol is usually prescribed twice a day, whereas the long-acting type (Detrol LA) is taken only once a day.
* Solifenacin (VESIcare) is a relatively newer medication in this group. It is generally similar to tolterodine, but it has a longer half-life and needs to be taken once a day.
* Darifenacin (Enablex) is also a newer anticholinergic medicine for treating overactive bladder with fewer side effects, such as, confusion. Therefore, it may be more helpful in the elderly with underlying dementia. This medication is also typically taken once a day.
* Fesoterodine fumarate (Toviaz) is indicated for the treatment of overactive bladder with symptoms of urge urinary incontinence, urgency, and frequency. The medication is taken once daily. Common side effects include constipation and dry mouth.
Tricyclic antidepressants (imipramine [Tofranil] or doxepin [Sinequan, Adapin]) are sometimes used in treating overactive bladder, but their exact mechanism for this application is not clear.
Estrogen, either oral or vaginal, may be helpful in conjunction with other treatments for postmenopausal women with urinary incontinence.
Some of the other newer therapies for overactive bladder are still in trial stages and some are occasionally used in special cases. For example, botulinum toxin injection (Botox) into the detrusor muscle of the bladder may be helpful in some patients with urge incontinence who have responded to other more traditional treatments. There are still other medications for overactive bladder in the research stage that may specifically act on the bladder muscles.
Surgery is rarely necessary in treating overactive bladder unless symptoms are debilitating and unresponsive to other treatments. Reconstructive bladder surgery (cystoplasty) is the most common surgical procedure.
Entreprenur
start
Mulai dari sekarang menciptakan ide dan mewujudkannya.
coz ide yang tak terwujud hanya akan menjadi angan-angan belaka.
SimPLeeeee
Jangan terlalu banyak memikirkan resiko, modal, keuangan, tempat,dan tidak ada'a pengalaman. Melakukan apa sekarang yang ada didepan mata.
Self Confident
Percaya diri dalam bertindak
Berani menjual diri dalam arti mengeksplorasi semua kemampuan yang aa da;am diri.
Percaya diri bahwa usaha yang dibangun akan sukseeeeees.
Satisfy
Bangun rasa cinta pada usaha yang dijalankan.
Menciptakan rasa resistensi terhadap tantangan yang ada.
Sabtu, 16 Oktober 2010
Pelangi berkilau di langit jauh
teduh mengambang menjalin untai gerimis
gradasi warna adalah selendang para bidadari
yang menari-nari digelitik angin bukit
dan kamu, yang turun ke lembah jiwaku.
Sungguh indah rahasiamu
semburat merah di wajahmu. Cinta itu. Di senja itu
pohon-pohon waru berebut menjadi bayanganmu
lalu melukisnya di dadaku. Untuk kudekap
agar cinta tak ke mana-mana dari hatimu.
Jangan lagi kaurisaukan
cinta ini selalu hanyut bersamamu
sungai yang mengalirkan kejernihan jiwa
melewati rimba waktu dan padang penuh bunga
aku, yang berakhir di hatimu.
bait cintA dikota baruku
Bulan.
Biar cahaya melukis malam jadi taman. Kubayangkan kau di sini, di pangkuan.
Memetik angin mendawaikan lagu, seirama detak jantung memperjelas rindu. Tiada yang lebih indah dari pemandangan, ketika tatap matamu bersinar di pangkuan. Mungkin kautitipkan kerling matamu pada embun. Kukecup keningmu pada setangkai kuntum.
Jarak. Aku mencintaimu, maka rindu menjadi pertemuan paling indah ketika kamu tak di sisiku. Suaramu musik yang membebaskan aku dari sepi. Gemuruh. Aku dengar ombak di kejauhan, bagai ritmis jantung berdebar memecah sunyi.
Memenuhi teluk hatiku dengan gemuruh laut yang tak pernah henti. Sebab hanya rindu mampu menyempurnakan percakapan kita, yang kadang tak bisa diakhiri dengan ciuman.
Malam lebih panjang.
Memikirkan kamu seorang.
Di balik cerahnya bintang, kaukah mengarahkan kompas hatiku. Untuk kutemukan doamu yang kau titipkan pada langit jauh. Jejak jejakmu menandai setiap kenangan, menciptakan bayangan yang memenuhi lensa mata.
Sungguh, aku rindu padamu.
(".mungkin itu semua hanya pelampiasan kata kata dari kuuuuuu buat kamu yang ada disana...........")
,,,,,,,,''''''''',,,,,,,,,,,,,,,,???????
WINE O'CLOCK
A bead of sweat rolled from my forehead, down my nose and into the greasy orange sink water. I wiped my face with my apron, lifted my baseball cap to cool my head and sighed. As I picked at the food dregs that had coagulated from the sink water onto my arm hairs, I surveyed my domain—the dishpit. It was a mess. The counters were covered with the remains of what, not long before, had been meals. But the dishmachine stood empty. No dirty dishes were in sight. No one yelled: “More plates!” or “Silver! We need silverware!” For the first time in hours, a calm settled over my dishroom. Having successfully beaten back the bulk of the dinner rush, I was caught up and it felt good.
Time for another go-round. On my way to the waitress station, I grabbed an empty bus tub and twirled it on my middle finger—a trick I’d perfected while working at a bagel shop in New Mexico. I lowered the spinning tub from my finger to my cap—a new trick I’d yet to perfect. The tub sputtered from my head and plummeted into the full bus tub that awaited me. A couple plates smashed to the floor.
The crash rang throughout the restaurant and was followed by a shocked hush from employees and customers alike. I, too, observed the moment of silence for the departed plates. But I wasn’t sad to see them go. If dishes had to break—and they did have to—then it was best to break the dirty ones rather than the plates I’d already worked to clean.
In some Illinois cemetery, Josephine Cochrane was spinning in her grave. She was the 1880s socialite who’d grown fed up by her servants breaking her precious china as they washed it by hand. Cochrane presumed that by reducing the handling, there’d be far less breakage. So she invented the motorized dishwashing machine. Her contraption became an instant hit with large restaurants and hotels in Chicago. Even the machine I was using at this place—a Hobart—was a direct descendent of Cochrane’s. But now, more than a century since the introduction of her innovation, human dishwashers—particularly this one—were just as cavalier about dish breakage as they’d been back in Cochrane’s day.
As I looked down at the wreckage at my feet, the boss-guy charged around the corner wide-eyed with his hand clutched to his chest as if he’d been shot.
“Plates fell,” I said.
“Again?” he sighed. “Try to be more careful, Dave.”
Six weeks earlier, when a fellow dish dog had tipped me off about this gig—an Austrian-themed inn at a ski area in Vermont’s Green Mountains that came complete with room and board—I was immediately intrigued. I’d pictured myself isolated in the mountains and hibernating through the winter at this job while getting caught up with my reading, saving up some money and crossing yet another American state off my list. When I called about the job from Wisconsin, the boss-guy assumed that if I wanted to come all that way to dish in a ski area, then I must’ve been a ski nut.
“No,” I told him. “Actually I don’t ski.”
That made him suspicious. He then asked, “Do you have long hair?”
“Not anymore,” I said.
“Okay,” he said. “If you can get here by next week, the job’s yours.”
I rode the bus most of the way and hitchhiked the rest and when I arrived, the boss was no longer suspicious. I was willing to dish and that was enough for him. In fact, he gave so little thought to me that by the second day, he started calling me by the wrong name.
“And Dave, clean it up,” he said, looking at the broken plates on the floor.
I’d never bothered to correct him.
“All right,” I said.
When he turned and walked back to the dining room, I kicked the debris under the counter and headed back to the dishpit with the full bus tub.
While unloading the dirty dishes, I mined for treasure in the Bus Tub Buffet. The first find was fool’s gold—a half-eaten schnitzel. I couldn’t blame the diner who’d left the second half uneaten. It was the place’s specialty, but it wasn’t very special. I snobbishly passed on it as well and continued excavating.
I unearthed more dishes and then struck pay dirt: some garlic bread and remnants of crème brulée. I smeared the crème brulée on the garlic bread and scarfed it down. Scrumptious, said my taste buds. Queasy, countered my stomach. The gut had a point. Bus Tub Buffet? More like Bus Tub Roulette: you win some, you lose some. So far I was losing.
As I was guzzling water from the tap, the call went up in the adjacent kitchen: “Wine o’clock! Wine o’clock!”
I looked at the clock. Indeed, it was already wine o’clock.
Dick, one of the cooks, entered the dishpit with a grin on his face and a jar in each hand. He handed me a jar and held up the other in a toast.
“Wine o’clock,” he said.
“Wine o’clock,” I repeated.
We clinked jars and then downed their cooking sherry contents. Wine o’clock was eight o’clock—an hour before closing time and an occasion observed by the cooks with rounds of sherry. Closing time—nine o’clock—was celebrated in a similar fashion except with shouts of
Selasa, 05 Oktober 2010
Tanpaa makna
Kesunyian yang aku rasakan tak mampu kupahami
Penantian yang kutunggu tanpa tau apa yang aku tunggu
Kegelisahan dalam jiwa yang tak mampu kumengerti
Entah apa yang kurasa
Sungguh tak dapat kupahami.
Kesejukan jiwa yang ingin kurasakan
Tanpa mengetahui ada dan tiada apapun
Cinta,kasih sayank tak mampu saat ini aku rasakan
Jiwa dan raga berkecamuk
Dalam perasaan sunyi dan senyap
Ketegaran yang selama ini kupunya
Tanpa ada maknanya..
Ketabahan yang ada membuat semuanya hilang..
Tanpa ada perasaan dihati ini
Yang terbelenggu oleh ketakutan
Apakah ada cinta sejati ?
Sungguh tak dapat kupahami
Begitu juga dengan dilema kehidupan
Semuanya maya dan palsu
Kehidupan tanpa adanya keabadian
Asa dan semuanya menjadi stu..dan hilang !
Kau selalu setia menemaniku
Memelukku disaat bimbang
Mendoakanku siang dan malam
Perjuanganmu begitu berarti bagiku
Kau yang merawatku
Yang tak pernah lelah membimbingku
Walau aku sering membuat
Sungai – sungai yang mengalir deras
Membelah wajah lembutmu
Walau aku sering membuatmu
Kecewa karena sikapmu
Namun cinta kasihmu
Tetap tercurah menemani hari – hariku
Mengiringi langkah kakiku
Wajahmu sebening tetesan embun pagi
Hatimu putih suci
Seputih awan yang berarak ceria
Menghiasi keindahan lazuardi
Tak terbayang ENAM TAHUN sudah kin kau pergi
Meninggalkanku yang
Terombang ambing arus duniawi
Mama……
Cintamu lebih dari segalanya
Sejak saat aku masih dalam kandunganmu
Istilah eksekutif sering melahirkan konotasi status, wewenang, tanggung jawab, kekuasaan dan semacamnya. Begitu pula untuk jabatan sekretaris eksekutif. Seseorang dengan jabatan eksekutif, termasuk sekretaris eksekutif telah akrab dengan berbagai macam persoalan yang bersumber dari tugas yang dibebankan kepadanya. Baik beban karena jabatan ditempat kerja, beban kerja karena jabatan di organisasi-organisasi luar yang mungkin berhubungan dengan jabatan di kantor ataupun tidak, beban tanggung jawab keluarga maupun beban sosial tertentu di masyarakat bertolak dari kedudukannya.
Di dalam sistem nilai masyarakat eksekutif tidak dapat bersikap dan berperilaku seenaknya sendiri. Bagaimanapun keadaannya masyarakat mengaharapkan agar seorang eksekutif akan selalu rasional, bersikap bijak dan selalu mengendalikan perasaan.
Beban moral adalah konsekuensi jabatan. Dengan menduduki jabatannya seorang eksekutif mempunyai beban moral untuk memenuhi kualifikasi tertentu yang berkaitan dengan tanggung jawab atas tugasnya dan jabatan yang dipercayakan kepadanya. Seorang sekretaris junior misalnya harus mengalami dulu masa pendadaran melalui berbagai macam pelatihan dan pendidikan, sebelum sepenuhnya menjadi seorang sekretaris eksekutif. Dalam masa pelatihan sekretaris junmior belajar mengenali dan memahami segala macam aspek jabatan sebagai sekretaris. Dalam masa orientasi pengenalan dan pemahaman tugas tersebut dapat melalui pelatihan dan pendidikan yang diprogramkan atau melalui pengembangan diri berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama masa pengenalan dan pemahaman tugasnya sebagai seorang sekretaris.
Pada masa sekarang diharapkan sekretaris memahami bahwa setiap aspek jabatan mempunyai beban tertentu seperti waktu, penyelesaian tugas dengan baik, menerapkan metoda atau prosedur tertentu dan mempengaruhi orang lain. Setiap tugas yang diselesaikan dengan baik akan menghasilkan kepuasan dan menghilangkan beban yang dibawa tugas tersebut. Tugas-tugas yang tidak terselesaikan secara tuntas akan mengakibatkan adanya rasa tidak puas yang pada akhirnya menimbulkan stress.
Cara seseorang bereaksi terhadap suatu masalah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Masalah yang sama juga akan memberi akibat berbeda bagi individu yang berlainan. Begitu pula cara mengatasi masalah tiap-tiap individu satu sama lain akan berbeda. Pengertian sehari-hari beban kerja tersebut dikenal dengan istilah stress. Stress dapat berdampak positif maupun negatif. Individu yang dapat memberikan reaksi positif terhadap stress diwujudkan dengan penyesuain diri terhadap situasi yang ditimbulkan. Kemampuan menyesuaikan diri akibat stress akan membentuk pribadi yang mantap dan matang. Dengan kematangan dan kemantapan pribadi akan meningkatkan produktivitas pada bidang usahanya, menyerasikan hubungan sosial pada hubungan universal, dan bertambahnya rasa senang dan tenteram. Sebaliknya jika stress membawa reaksi negatif, akan menimbulkan gangguan-gangguan pada pribadinya dan akibatnya akan menurunkan produktivitas kerjanya disamping akan menekan segala perasaan yang berakibat fatal dalam membina karirnya. Seseorang yang stress di tempat kerja sangat umum kalau kemudian mencari kehangatan di dalam keluarganya dengan cara makan bersama di restoran atau pergi piknik. Hal semacam ini dilakukan untuk mencari keseimbangan antara kesibukan karena beban kerja dengan keserasian dalam membina keluarga.
Dalam kegiatan sehari-hari seseorang terlibat dalam pekerjaannya dan berbagai macam persoalan timbul. Persoalan tersebut berkaitan dengan lingkungan kerja. Sebagai seorang sekretaris harus mampu menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik agar dapat mengurangi timbulnya stress. Sebenarnya salah satu penyebab seorang eksekutif dapat terkena stress ialah karena ia menjadi manager puncak. Sebagai manager puncak ia harus bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, bukan kepada orang lain atas segala sesuatu yang diputuskan dan dikerjakan. Apabila ia masih dapat bertanggungjawab kepada orang lain berarti ia masih berlindung kepada orang lain dengan cara minta pendapat atau nasehat atasannya. Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang eksekutif yang matang dalam pandangan, emosi, sikap, tindakan dan pengambilan keputusan diperlukan pengalaman.
Stress merupakan akibat dari kelebihan beban kerja, fisik maupun psikologis. Bentuk teringan akibat stress ini adalah timbulnya rasa jenuh. Selain itu menurunnya ketahanan fisik sering menimbulkan gejala yang aneh seperti hilangnya semangat, acuh tak acuh, sering lupa dan sebagainya. Akibat lain adalah timbulnya penyakit jantung yang banyak diderita oleh para pejabat.
Cara untuk meringankan akibat stress adalah sebagai berikut:
1. Perlu mengadakan hubungan interpersonal yang dapat mendorong semangat. Beban berat yang melampaui kemampuan perlu ditampung bersama orang lain. Untuk mengurangi ketegangan seorang eksekutif dapat berolahraga atau piknik. Kehangatan hubungan interpersonal sangat berarti sebagai pendorong untuk mengurangi keadaan stress.
2. Mempelajari dimanika organisasi yang menjadi sumber stress dan mencoba mencari jalan keluar. Miksalnya wewenang atau tanggung jawab yang kurang jelas harus diperjelas, instruksi yang selalu disalahtafsirkan oleh bawahan harus dicari penyebabnya. Terlalu banyak atau sedikit tugas juga dapat menjadi sumber timbulnya stress. Mencari cara kerja baru yang lebih efektif merupakan cara lain untuk memecahkan persoalan. Perubahan semacam itu dapat menghilangkan rutinitas atau sifat menonton suatu pekerjaan. Dunia di luar kita selalu berubah dan kita dan dalam batas kemampuan masing-masing harus mengikuti perubahan-perubahan tersebut.
3. Menjaga kondisi baik fisik maupun psikis. Dengan makan bergizi baik maupun kebiasaan berdisiplin untuk bekerja maupun banyak bersantai berguna dalam menghadapi stress. Cara kita bereaksi terhadap stress juga perlu diperhitungkan.
Pada dasarnya tidak dibatasi sikap menghadapi stress. Seorang eksekutif harus menyadari bahwa bukanlah situasi stress yang merugikan, tetapi cara orang bereaksi terhadapnya. Banyak orang mengalami stress yang sama, tetapi akibatnya berlainan. Hal ini karena pengalaman mereka masing-masing berbeda. Setiap eksekutif harus memahami kemampuan pribadi masing-masing.
Untuk mengalihkan kejenuhan dan ketegangan perlu istirahat bersama keluarga. Stress yang dapat menimbulkan berbagai akibat, perlu dipelajari sebab-sebabnya untuk selanjutnya dapat dikendalikan. Dengan cara pengendalian diri inilah hidup menjadi tenang dan yang paling penting, stress dapat dihilangkan.
Sesungguhnya orang berakal itu
sabar atas penderitaan
Dihadapinya penderitaan itu
dengan berani dan tekun
dan berusaha dengan tenang
Untuk menanggulangi penderitaan
dan menolak bencana
Adapun orang bodoh
ia selalu takut
akan segala musibah yang menimpanya
sekalipun hanya kecil saja
Ia beranggapan bahwa
ia tidak mampu mengatasinya
dan tidak sanggup menolaknya
karenanya ia tidak bisa terlepas
dari padanya
dan tidak kuasa lari dari penderitaan itu
untuk menuju ke jalan
yang terjamin kebaikannya
sabar atas penderitaan
Dihadapinya penderitaan itu
dengan berani dan tekun
dan berusaha dengan tenang
Untuk menanggulangi penderitaan
dan menolak bencana
Adapun orang bodoh
ia selalu takut
akan segala musibah yang menimpanya
sekalipun hanya kecil saja
Ia beranggapan bahwa
ia tidak mampu mengatasinya
dan tidak sanggup menolaknya
karenanya ia tidak bisa terlepas
dari padanya
dan tidak kuasa lari dari penderitaan itu
untuk menuju ke jalan
yang terjamin kebaikannya
Langganan:
Postingan (Atom)